Mengapa Harus Puasa Media Sosial?

Beberapa kali saya singgung pada tulisan – tulisan sebelumnya, bahwa sampai saat ini saya sedang menjalankan puasa media sosial. Sampai tulisan ini diunggah bulan Desember 2025, terhitung 5 bulan saya sama sekali tidak membuka akun IG pribadi (apakabar.denald) maupun IG jualan (SophieBreadnSweets), tidak membuka akun Threads yang mulai saya install sejak bulan Maret 2025 tapi baru aktif sekitaran bulan Mei(kalau tidak salah ingat ya), dan tidak membuka sama sekali akun FB. Sedangkan akun twitter, lebih lama lagi tidak saya buka. Kalau tidak salah, terakhir aktif bulan Maret, lalu April mulai off. Mei awal muncul lagi karena kepikiran kalau ada hutang atau janji yang belum tertunaikan. Hanya satu hari aktif di twitter dibulan itu untuk woro – woro kalau saya pindah ke IG dan Threads. Sejak saat itu, sampai menulis ini, tidak membuka sama sekali. Jadi sudah 9 bulan off dari Twitter.

Lalu ternyata, saya pun memutuskan untuk off semua media sosial saya hahaha maaf ya yang sudah mengikuti saya di IG dan Threads karena woro – woro pindah. Ternyata di 2 platform ini pun saya memutuskan puasa dulu. Daripada nanggung cuma puasa di satu platform, mending sekalian semua medsos saya off dulu. Jadi tidak pilih kasih :))) Saya uninstall semua media sosial dari Hp. Bukan menghapus akun, hanya uninstall saja supaya saya tidak tergoda untuk membuka.

Ternyata nyaman sekali tidak bermain media sosial apapun, setidaknya untuk saya saat ini. Lebih tenang. Ada beberapa orang yang menanyakan kabar baik itu langsung lewat WhatsApp atau melalui perantara teman. Alhamdulillah saya baik, sehat, dan bahagia. Tidak sakit atau tidak ada masalah apapun. Memang hanya ingin istirahat dulu dari segala aktifitas dari media sosial. Ingin menepi dulu, istirahat.

Ada beberapa alasan mengapa saya memutuskan HARUS PUASA MEDIA SOSIAL :

MERASA KECANDUAN

Saya mulai merasa kecanduan dengan aktifitas di media sosial. Bagaimana saya tau kalau kecanduan? Tentu saja ini berdasarkan analisa pribadi dengan kondisi saya saat itu. Saya merasa tiap saat, otak saya selalu memerintahkan untuk membuka media sosial tanpa kenal waktu. Setiap ada waktu senggang, yang pertama dilakukan adalah membuka salah satu platform media sosial -seringnya twitter-. Setiap bangun tidur yang pertama saya lakukan adalah mengecek beberapa akun media sosial yang saya punya. Saya tidak membiarkan otak dan pikiran saya untuk merasakan bosan atau ada jeda. Saya merasa gampang resah kalau tidak bermain medsos untuk beberapa jam saja. Merasa ketinggalan, merasa ada yang kurang. Padahal seharian ya selalu sibuk, kok ya masih ada waktu untuk kecanduan media sosial. Bagian ini yang menjadi misteri buat saya sendiri. Waktu cuma 24 jam, sehari – hari sibuk, tapi kok ya tetap punya banyak waktu mainan media sosial dengan jangka waktu yang panjang. Berarti kan ada hal yang saya korbankan. Ya, sepertinya kewarasan yang dikorbankan.

Merasa bahwa berkegiatan di media sosial itu membuat gembira karena menonton konten – konten yang menarik, melihat unggahan story beberapa orang yang saya ikuti, dan saya pikir itu memang membuat saya bahagia. Dikemudian hari, ternyata yang saya rasakan itu hanya sebuah proses pengalihan. Saya jadi merasa jauh dari diri sendiri, keluarga, bahkan saya merasakan apa yang diakukan sehari – hari selalu berpikir bisa dijadikan konten. Memang benar bahwa saya tetap melakukan apa yang ingin saya lakukan, tapi di kepala selalu ada pemikiran misalnya, “Foto ah biar saya unggah” Dan segalanya menjadi jauh dari kata menikmati momen. Tidak hadir secara sadar. Semuanya terpikirkan untuk media sosial. Hal ini membuat capek ternyata, lebih ke capek secara mental.

KEPALA PENUH DAN MEMPENGARUHI MOOD

Seperti yang saya jelaskan di atas, karena otak saya selalu ingin setiap saat membuka media sosial dan scroll scroll tanpa henti, secara sadar itu membuat otak saya menjadi penuh. Banyak sekali informasi yang saya dapat bahkan sebelum saya memulai hari. Bagaimana tidak, hal pertama yang saya lakukan setiap membuka mata dipagi hari adalah scrolling media sosial, lalu scrolling tiada henti minimal satu jam. Bahkan kadang saya sengaja bangun lebih pagi untuk mempunyai banyak waktu bermain media sosial. Lalu saya merasa, kok kayak orang ga waras ya, kerja di media sosial saja nggak, tapi waktu yang saya habiskan setiap hari berasa sedang kerja full time. Mendapatkan uang pun tidak sepeserpun dari kegiatan itu. Belum lagi, karena banyak hal yang sudah masuk ke otak sejak pagi, kepala saya merasa sangat penuh saat memulai hari. Dan itu benar – benar mempengaruhi mood sepanjang hari. Ditambah kalau membaca berita yang tidak menyenangkan atau pertengkaran online, langsung kepikiran seharian. Mood menjadi berantakan dan sepanjang hari saya lalui bukan hanya capek fisik dan capek mental. Saya lalu menyadari, ini tidak baik untuk diri sendiri. Jadi saya harus mengambil sikap tegas, berjarak dulu.

GAMPANG VIRAL

Poin ini, khususnya untuk twitter. Entah mengapa, sebelum saya off dari twitter, sering kali menulis sesuatu, gampang jadi rame. Entah cuitan sepele remeh temeh, rame. Opini pribadi, rame. Cuitan agak serius, rame. Cuitan super serius, juga rame. Saya sampai heran, kok gampang banget jadi rame. Bukan hanya rame positif, beberapa kali rame hujatan juga. Entah orang – orang ini kurang hiburan lalu jadi gampang marah atau gimana. Padahal ya, seperti yang saya pernah tuliskan sebelumnya, tujuan saya mainan media sosial, tidak ingin mencari popularitas. Untuk apa. Toh populer di media sosial buat saya tidak menjadikan kaya raya. Wong saya tidak mencari uang di sana, sampai saat ini. Ok lah kalau misalkan yang ramai itu tentang cuitan saya berbagi resep masakan atau resep baking. Ini justru saya senang karena menebarkan hal positiuf ya. Nah kalau yang rame perkara keluh kesah diri sendiri, kadang suka sumpek juga jadinya. Apalagi sampai dirujak dan dijadikan narasi lain yang jauh dari cuitan awal. Diplintir ke sana sini untuk memuaskan ego si pemelintir narasi ini.Dunia mereka yang penuh masalah dan ga bahagia, kok ngajak – ngajak jadi ngerujak orang.

Sampai saya rindu masa – masa twitter jaman dulu yang follower saya teman – teman sendiri. Mau mencuit apapun, sepi hahah. Makanya saya pindah ke Threads, mencari tempat yang sepi. Bosan viral di Twitter. Eh ternyata di Threads, dramanya beda lagi. Bosan juga jadinya.

Tapi ya, kita kan tidak bisa mengendalikan orang lain. Tidak bisa berharap semua suka. Pasti saja ada celah orang untuk mencela. Ya orang – orang yang tidak bahagia dengan dunia nyatanya. Yang bisa kita kendalikan diri sendiri. Jadinya daripada viral terus, istirahat dulu dari media sosial. Demi kesehatan mental juga.

TERLALU BANYAK INFORMASI (BERITA) TIDAK BAIK

Awal puasa media sosial ini, diawali dari twitter. Entah saat itu kenapa algoritma berita membawa saya ke beberapa berita jelek yang dilakukan oleh oknum – oknum polisi di Indonesia. Hampir setiap hari seperti itu. Ada saja berita – berita yang membuat emosi tentang anggota polisi. Saya berpikir, wah ini tidak baik untuk saya kalau tiap hari ada saja berita yang saya baca selalu membuat emosi. Sama halnya saat tahun 2021 saya undur diri dari twitter dan facebook selama 7 bulan, triggernya pun sama meski berbeda kasus. Kalau waktu itu tentang pandemi, kalau sekarang tentang keadaan di Indonesia yang beritanya membuat emosi. Belum lagi tentang pemerintahan baru yang ada saja gebrakan ajaibnya, pun membuat saya emosi saat membaca. Jadi ya sudah, daripada uring – uringan sendiri, saya putuskan off dulu dari twitter. Lalu setelah sebulan liburan tanpa media sosial di bulan Agustus, saya merasa kok enak ya off dari IG, Threads, dan FB. Ya sudah, saya lanjutkan sampai sekarang. Untuk tiga platform ini, saya off tanpa bilang terlebih dahulu. Ya kan bukan artis dan tanpa rencana juga, ngapain bilang – bilang. Ternyata beberapa orang mencari saya untuk menanyakan kenapa saya tiba – tiba menghilang.

GAMPANG CEMAS DAN OVERTHINKING

Alasan yang ini berhubungan dengan berita – berita tidak baik yang saya baca di media sosial. Misalnya tentang keadaan Indonesia atau kondisi politik di dunia. Perang, segala bencana, pembunuhan, bahkan tentang perselingkuhan. Itu hanya beberapa contoh dari banyaknya berita yang bersliweran. Pada dasarnya, saya memang gampang overthinking. Mau tidak dipikirkan, tapi keluarga saya ada di Indonesia. Kalau Indonesia kondisinya tidak baik, keluarga saya kan kena dampaknya juga. Mau cuek tapi kondisi dunia pun tidak dalam keadaan yang baik – baik saja sekarang. Mau tidak cemas tapi berita yang saya baca malah membuat overthinking dan menimbulkan rasa was was yang berlebihan. Pengen sebenarnya saya lewati saja berita – berita seperti itu dan pura – pura semua ok saja. Tapi kan tidak bisa (untuk saya). Rasa penasaran mengalahkan segalanya. Akhirnya ya sudah, demi kewarasan jiwa, saya rehat dulu dari media sosial sebagai sumber utama berita. Sedikit tau tentang apapun lebih baik untuk hidup saya sekarang ini. Bisa menyaring informasi apa yang masuk di kepala karena semua saya batasi sekarang. Tidak hanya sumber berita, pun notifikasi di Hp. Saya tiadakan semua notifikasi di Hp kecuali untuk orang – orang tertentu yang penting dan untuk keperluan anak – anak. Selebihnya, saya tiadakan. Supaya saya tidak gampang terdistraksi. Meminimalkan rasa cemas dan sumber overthinking.

SUSAH FOKUS DAN GAMPANG CAPEK

Saya merasa jadi susah fokus dalam durasi yang panjang. Meskipun tetap membaca buku, tapi seringnya terdistraksi dengan sedikit -sedikit buka twitter. Kalau IG, saya jarang terdistraksi. Biasanya saya buka cuma malam hari dan pagi saja. Jadi membaca buku dengan fokus yang terganggu karena diri sendiri yang memilih untuk scroll scroll diantara waktu membaca. Belum lagi saya merasa karena sering menonton konten yang pendek – pendek, kepala saya jadi gampang capek. Jadi saya merasa sudah tidak bagus lagi untuk otak, makanya saya menyebut kegiatan puasa media sosial ini untuk me-reset otak supaya berfungsi secara normal lagi, mengembalikan fokus supaya panjang, dan menyeimbangkan kegiatan otak supaya tidak terlalu lekat dengan media sosial yang menyebabkan gampang capek. Gampang uring – uringan juga. Menolong diri sendiri demi kesehatan jiwa raga dalam jangka panjang.

TIDUR KURANG BERKUALITAS

Sebenarnya dari segi durasi, waktu tidur saya lumayan ideal. Saya bisa tidur 7 – 8 jam tiap malam. Jam 9 malam biasanya sudah tidur nyenyak. Paling lambat jam 10. Nah waktu aktif mainan medsos, kadang tengah malam terbangun, trus scroll scroll, ga sadar sampai 1 jam. Lalu kembali tidur lagi jadi susah. Seperti kepikiran. Kayak ada pikiran yang nyantol belum tuntas. Bangun tidur, badan jadi tidak nyaman. Berasa kalau tidur lama tapi tidak berkualitas. Padahal seharian itu yang akan saya kerjakan banyak. Jadinya tidak maksimal dan ujung – ujungnya ngefek ke emosi. Uring – uringan ga jekas. Tidur cukup yang berkualitas itu akar dari semuanya. Jika tidurnya tidak cukup dan tidak nyaman, wassalam seharian akan kacau balau.

MELUPAKAN DIRI SENDIRI

Saking asyiknya saya memperhatikan kehidupan orang di media sosial, saya pikir tidak akan ngefek ke kehidupan sendiri. Saya merasa ikut bahagia melihatnya. Ternyata saya salah. Saya jadi melupakan diri sendiri. Banyak waktu yang terdedikasikan untuk melihat unggahan orang lain baik itu di story, halaman utama, menyimak segala cuitan orang, atau scrolling tanpa henti sampai satu jam penuh misalnya, ternyata membuat saya lalai akan kehidupan sendiri. Lalai bahwa berat badan merangkak naik karena kurang waktu untuk olahraga bahkan malas karena terlalu asyik lekat dengan media sosial. Lalai menanyakan diri sendiri apakah baik – baik saja karena merasa senang menonton konten tersebut, padahal ya itu hanya pengalihan saya saja. Lalai untuk berdialog dengan diri sendiri sehingga banyak hal – hal penting terabaikan. Lalai melihat diri sendiri karena terlalu asyik melihat kehidupan orang lain. Lalu saya merasa, mulai tidak mengenali diri sendiri. Merasa asing dan jauh. Merasa seperti ini bukan saya. Jadi berjarak dan berpikir, “Lho kok aku sekarang jadi pribadi yang seperti ini.” Supaya hal ini tidak berlarut, harus putus dulu dari penyebab utama, kesibukan di media sosial.

MERASA JAUH DARI SUAMI DAN ANAK – ANAK

Bagian ini yang paling menyedihkan untuk saya, merasa jauh secara mental dari suami dan anak – anak. Alasan ini sebenarnya yang paling utama membuat saya untuk berhenti dulu bermedia sosial dan tetap kuat sampai sekarang tidak kembali lagi. Saya merasa, hadir secara fisik untuk mereka, tapi pikiran suka ke mana – mana. Tidak fokus dan gampang terdistrak. Gampang uring – uringan juga. Sepertinya semua jadi gampang salah. Selama ini saya memang menerapkan aturan ke diri sendiri untuk tidak membuka telefon genggam di depan anak – anak kecuali ada hal yang sangat penting. Selebihnya ya saya membuka Hp kalau mereka di sekolah atau malam hari, pun pagi hari. Tapi, seringnya saya curi – curi kesempatan misalnya ke dapur hanya untuk ngecek apa sih lanjutan war di twitter pembahasan A misalnya. Padahal saya sedang main dengan anak – anak. Atau saat ngobrol dengan suami, saya mencoba semaksimal mungkin untuk mendengarkan dia, tapi pikiran saya malah ke postingan orang di Instagram contoh lainnya. Jadi secara fisik saya ada 100 persen untuk mereka, tapi secara mental mungkin cuma 40 persen saja karena pikiran saya sibuk sendiri dengan ingin setiap saat membuka media sosial. Menyedihkan sekali.

Lalu suatu hari, saya tersadar kalau anak – anak cepat sekali besarnya. Tau – tau mereka sudah umur segini saja. Berasa, “Wah ke mana saja aku selama ini.” Seperti kehilangan banyak momen dengan mereka. Merasa menyesal tidak hadir penuh untuk mereka. Lalu melihat diri sendiri dan suami yang juga makin menua. Harusnya saya menikmati setiap momen bersama mereka. Tidak sibuk sendiri dengan kegiatan yang entahlah faedahnya juga tidak seberapa penting. Di saat itulah saya memutuskan untuk stop dulu bermedia sosial karena ingin membersamai anak – anak tumbuh secara emosi dan fisik, hadir nyata untuk diri sendiri, anak – anak, dan suami. Menikmati sebanyak mungkin waktu bersama keluarga. Menemani mereka secara berkualitas bukan hanya kuantitas.

BOSAN BERMEDIA SOSIAL

Ternyata memang ada masanya saya merasa bosan dengan kegiatan bermedia sosial. Bosannya tuh seperti sudah ketebak jalan cerita tiap platform. Bisa bosan juga membaca ada saja drama dunia lari di Indonesia yang dibahas di Threads atau drama para diaspora Indonesia. Bosan membaca berita yang tidak menyenangkan di twitter dan segala war yang ada di sana. Plus sekarang orang gampang sekali memelintir sebuah cuitan bahkan yang tidak menyenggol siapapun, lalu dibuat narasi yang memojokkan. Gampang sekali terjadi perkelahian online di sana. Bosen ternyata scrolling Instagram yang yah isinya begitu – begitu saja. Bosen membuka Facebook yang sekarang banyak yang bikin konten mbuhlah. Ya memang saya sedang bosan saja dengan mainan media sosial. Ingin rehat sejenak dan menikmati dunia nyata. Jenuh dan butuh hal – hal yang lebih nyata. Ingin mengerjaka banyak hal baru yang lebih bermanfaat untuk hidup kedepannya.

HADIR SADAR DI DUNIA NYATA

Sibuk bermain media sosial, membuat saya hidup di dunia yang lain. Dunia yang tak terjangkau karena ya tidak nyata, bukan yang ada di depan mata saya yang bisa saya pegang atau jalani. Saya sebenarnya tidak ada masalah melihat postingan orang yang bahagia, justru saya pun ikut terbawa bahagia. Atau menemukan motivasi dari dunia lari misalnya lalu ingin lari lebih baik lagi. Tapi lama – lama saya jadi hidup dalam dunia yang berbeda. Tidak lagi napak tanah. Jadi punya semacam ambisi. Seperti ingin menunjukkan sesuatu kalau saya ini hebat, entah juga menunjukkan ke siapa. Semacam ingin mendapatkan validasi walau saya sadar sepenuhnya kalau saya tidak butuh itu semua. Sudah bukan umur saya lagi butuh dipuja puji. Sudah lewat masa itu. Tapi entah kenapa saya seperti terlena dengan komentar yang positif tentang hal – hal yang saya posting. Lalu saya merasa kok malah kosong di hati. Bahasa kerennya, saya jadi melakukan semua dengan tidak mindfull.

Saya tidak ingin menjalani hidup yang seperti itu. Saya ingin berjalan dan hadir secara penuh dan sadar di dunia nyata. Tidak untuk sebuah konten, tidak untuk sebuah pujian orang lain (yang banyak tidak saya kenal juga), pun tidak untuk sebuah ketenaran. Saya ingin menjadi diri sendiri seperti semula.

PENUTUP

Begitulah uraian panjang saya tentang kenapa menghilang dari twitter, Instagram, Threads, dan Facebook beberapa bulan ini, tanpa jejak dan tanpa pamitan. Saya ingin menjejakkan kaki lagi di dunia nyata. Ingin me-reset otak supaya kembali lagi fungsinya seperti semula. Dari uraian panjang tersebut, bisa ditarik kesimpulan bahwa bukan salah media sosialnya, tapi salah saya yang kurang punya kontrol diri sehingga mainan media sosial mempunyai dampak yang negatif cukup banyak untuk kehidupan saat ini.

Sekarang saya istilahnya sedang dalam tahap rehabilitasi. Sedang menikmati proses masa penyembuhan dan menata ulang semuanya. Apakah saya akan kembali lagi mainan media sosial? Saya pastikan, iya. Kapan pastinya, tidak tau. Sama halnya dengan puasa media sosial yang tidak direncanakan, nanti kembali lagi juga tidak direncanakan. Jika saya sudah merasa siap dan otak saya sudah ok kembali. Jika jiwa saya sudah merasa waktu yang tepat, pasti saya akan kembali. Entah kapan itu.

Apakah ada rasa kangen dengan media sosial? Terus terang, kadang – kadang kangen beinteraksi dengan beberapa mutual yang saya kenal baik di twitter. Ingin tau kabar mereka sekarang seperti apa, semua baik – baik saja atau ada berita terkini seperti apa. Diantara beberapa media sosial yang saya punya, saya lebih kangen twitter dibandingkan lainnya. Memanglah hubungan saya dengan twitter ini hate love relationship :)))) Kangen tapi kadang – kadang juga ga suka.

Media sosial tidak sebegitu buruknya karena saya mendapatkan banyak manfaat juga dari sana. Saya mengenal banyak orang baik, mendapatkan informasi yang bermanfaat, seringkali bisa mendapatkan bahan bercanda juga, pun bahan gosip *lah :))) Kalau digunakan secara benar, media sosial bisa mendatangkan banyak hal yang baik. Yang terpenting kontrol diri dan tau tujuan menggunakan media sosial untuk apa.

Saat ini, saya sedang menata ulang tujuan saya bermedia sosial itu apa sehingga nanti jika kembali lagi aktif di media sosial, saya sudah punya kontrol diri yang bagus dan tujuan yang jelas untuk apa. Kenapa dibawa serius sekali bermedia sosial? Ya kalau tidak dibawa serius, nanti jadinya seperti akun – akun yang gampang marah itu. Tidak punya tujuan jelas apa di media sosial. Makanya semuanya harus saya tata ulang dulu. Supaya bisa bersenang – senang lagi nantinya dan bisa menjadikan taman bermain di sana, memberikan banyak manfaat buat semua. Terutama untuk diri sendiri.

Terima kasih sudah membaca tulisan panjang ini. Semoga ada manfaatnya. Buat beberapa orang yang menanyakan kabar saya, terima kasih atas perhatiannya.

Sehat – sehat ya semuanya.

  • 13 Desember 2025 –

Kumpul Teman, Lulus Les Renang, dan Menghias Pohon Natal

Pohon Natal 2025

Kembali lagi ke edisi tulisan kumpulan cerita kehidupan saya tiga minggu terakhir. Ada apa saja? Yuk mari dibaca bersama.

LULUS LES RENANG DIPLOMA C

Anak pertama kami akhirnya menyelesaikan dan lulus semua rangkaian les renang dan ujiannya, dari Diploma A sampai Diploma C. Tentu saja ini tidak dalam waktu satu atau dua tahun, melainkan 4 tahun!! Sampai pindah les ke 3 tempat. Dari tempat les yang kami rasa sangat lambat perkembangannya, menemukan tempat les yang semi privat, eh harus pindah lagi ke tempat yang ketiga karena tempat les yang kedua tidak punya jadwal les diploma C dan harus pindah ke kota lain. Belum lagi saat pandemi harus beberapa bulan berhenti karena tidak diperbolehkan oleh pemerintah.

Tentu saja kami sangat bangga dengan si Mbarep. Dari dia pertama masuk kolam renang selalu menangis, sampai lulus diploma C berenang dengan baik dan sesuai standar yang ditetapkan, sungguhlah perjuangan panjang. Suami saya yang selalu mengantar dan menemani anak – anak les renang, dari cuaca terang, hujan, angin kencang, malam hari gelap naik sepeda, patut lega dan terharu dia. Selama 4 tahun menemani, akhirnya lulus juga.

Saya yang beberapa kali ikut menemani dan mengantar anak – anak les renang, setiap anak mbarep ujian berenang, air mata saya selalu menetes. Betapa waktu cepat sekali berlalu. Tidak pernah lupa diingatan saya, dia yang pertama les menangis keras dan menolak untuk nyebur ke air, sekarang sudah berenang dengan penuh keyakinan dengan teknik yang benar dan sesuai standar keamanan.

Memang berenang adalah olahraga yang kami wajibkan anak – anak untuk bisa. Harus bisa dan lulus minimal sampai diploma B. Kalau mereka meneruskan ke diploma C, lebih baik lagi.

Sungguhlah kami sangat berbangga pada anak sulung. Bangga luar biasa. Satu sudah selesai, tingal anak tengah yang masih proses menuju ujian diploma A. Kalau yang bungsu, baru beberapa tahun lagi akan mulai.

POTLUCK KUMPUL TEMAN

Sudah lama sekali saya tidak berkumpul dengan teman – teman yang dia lagi dia lagi hahaha ya memang teman saya sekarang cuma itu – itu saja. Biasa kalau akhir tahun, kami ada kumpul bersama. Kali ini, potluck an. Temanya, lontong sayur. Acara di rumah saya. Yang datang : Anis, Ajeng, Agnes, Dita. Ika tidak bisa datang karena ada saudara yang sakit. Dita datang belakangan karena ada urusan yangharus diselesaikan.

Saya memasak rendang 3.5kg, oseng cumi asin pedas, lumpia rebung semarang, chocolate banana cake, bikin lontong, goreng kerupuk, dan membuat sourdough cinnamon roll. Anis membawa lontong sayur dan teh jasmin juga kado untuk anak – anak kami plus chips, Ajeng membawa telur balado, Agnes membawa brownies dan coklat cantik (tidak sempat difoto), Dita yang datang belakang membawa wedangan dan pesanan kami dari Indonesia (Dita baru saja kembali dari mudik).

Selalu menyenangkan jika berkumpul bersama mereka. Obrolan dari hati ke hati yang hangat, tertawa bersama, kocak, santai, dan membahas banyak hal. Makanan yang berlimpah membuat perut kenyang dan bisa bungkus banyak hahaha ini penting. Het was super gezellig. Tidak sabar bertemu mereka lagi.

Saya membagikan rendang ke tetangga londo. Wah mereka sekeluarga sangat senang dengan rendang itu, sampai dipuji berkali – kali. Bahkan anaknya yang pertama, minta diajari cara membuat rendang seperti yang saya kasih. Pengen rasanya saya bilang : Mending beli aja, karena bikin rendang itu butuh sabar tingkat dewa :))) Ya bagaimana tidak, rendang yang saya buat butuh waktu 7.5 jam sampai lumayan agak kering dengan daging yang empuk. Tapi ya akhirnya saya berikan resepnya. semoga dia tidak puyeng.

LANGIT CANTIK

Beberapa pagi, langitnya sangat cantik. Matahari terbit saat ini sekitar jam 8.37. Ini waktunya saya selesai mengantar anak – anak ke sekolah. Jadi saya langsung olahraga jalan kaki cepat. Pemandangan langit yang luar biasa indah, membuat saya selalu merasa gembira dan bersyukur selalu diberikan kesehatan yang baik, sehingga bisa menikmati pemandangan yang sangat indah sambil berolahraga. Udara yang dingin, tidak menghalangi saya untuk selalu bergerak. Ini cara saya bersyukur karena sejauh ini diberikan kesehatan yang baik. Ini cara saya menjaga titipanNya.

Selama tidak hujan, jalan kaki pagi akan tetap saya lakukan. Udara segar, badan bergerak, hati jadi gembira.

REJEKI NOMPLOK PAKET GRATISAN

Suatu pagi, saya pergi ke kota untuk mengembalikan buku ke perpustakaan. Karena saya sampai di sana terlalu pagi, perpustakaan belum buka, jadi saya berkeliling jalan kaki mencari toko mana yang sudah buka. Tentu saja salah satunya toko Asia. Setelah berbelanja di sana, saya masuk ke beberapa toko lainnya yang sudah buka, termasuk akhirnya khilaf membeli parfume (khilaf yang direncanakan haha). Saya melihat jam tanga, oh waktunya perpustakaan sudah buka. Saya percepat langkah ke sana.

Saat hampir sampai di perpustakaan, saya melihat antrian panjang menuju sebuah gedung. Saya pikir ini semacam pembagian sembako gratis untuk orang yang tidak mampu. Jadi saya lewati saja. Lalu, saya melihat ada salah satu petugas membagikan bingkisan. Wah, saya jadi tertarik. Lalu saya bertanya ke beberapa orang yang sedang antri, ini ada apa. Ternyata ada paket gratisan dari satu semacam supermarket yang baru buka cabang di gedung itu. Saya lihat paketnya lumayan besar.

Akhirnya saya ikut mengantri juga hahaha. Suka goyah jiwa kalau mendengar ada kata gratisan. Tidak terlalu lama antriannya, saya akhirnya mendapatkan. Lalu saya ke perpustakaan.

Malamnya, saya buka paket tersebut. Wah lumayan isinya banyak. Untung saya tadi ikutan antri.

Benar – benar rejeki nomplok dipagi hari.

MENGHIAS POHON NATAL

Tahun ini menghias pohon Natal di rumah, seminggu agak terlambat dari biasanya. Saya sedang sibuk luar biasa plus masih belum ada mood. Akhirnya minggu terakhir bulan November, kami sekeluarga bergotong royong menghias. Kali ini, saya tidak ikutan menghias karena tiga anak sangat bersemangat memnaruh hiasan sesuai dengan selera meraka. Saya hanya merapikan dibagian akhir.

Tidak hanya pohon natal saja, seluruh rumah pun kami hias meriah dengan memasang pernak pernik Natal. Pun saya memasang beberapa lampu di luar rumah supaya makin semarak. Saya sangat senang bulan Desember. Banyak lampu berkelap kelip dan hiasan yang meriah di setiap rumah. Melihat lampu dan hiasan pohon Natal seperti ini, membuat hati saya merasa hangat ditengah cuaca musim dingin dan langit yang gelap.

Kami memasuki bulan Desember dengan pohon Natal yang cantik di rumah. Para tetangga belum memasang. Biasanya mereka mulai pasang pohon ini setelah Pakjesavond tanggal 5 Desember. Kami selalu terlebih dulu tanpa mengikuti pakem.

Saya mendapatkan hadiah Sinterklaas dari tetangga londo. Dia ini, selalu memberikan saya paket wangi – wangi untuk badan. Padahal saya ini malas mandi. Tapi dia selalu memberikan paket untuk mandi. Curiga dia tahu kalau saya malas mandi. Jadi selalu diberikan ini. Supaya memotivasi untuk sering mandi haha. saya suka warna paketnya. Warna favorit saya.

Sudah selesai rekapan cerita beberapa minggu terakhir ini. Terima kasih sudah membaca sampai selesai.

Sehat – sehat selalu!

  • 8 Desember 2025 –

12 Tahun Bersama

Akhir bulan November 2025, saya dan suami merayakan 12 tahun pertama kali berkenalan. Kenapa sampai dirayakan tanggal pertama kami berkenalan? Karena tanpa ada perkenalan, tak akan ada sebuah pernikahan. Simpel seperti itu. Jadi selain tanggal pernikahan, tanggal pertama perkenalan juga sangat berarti untuk kami. Tanggal perkenalan ini juga yang kami abadikan dalam sebuah jumlah mahar pernikahan. Jadi memang benar spesial untuk kami berdua dan selalu kami rayakan tiap tahunnya.

Tahun ini, kami memilih merayakan di sebuah restauran yang masuk dalam daftar Michelin dan letaknya ya di kampung tempat tinggal kami. Memang sudah lama restaurant ini ada, tempatnya pun hanya 5 menit jalan kaki dari rumah. Hanya baru kesampaian sekarang bisa ke sana. Tahun lalu, kami merayakan di restaurant Michelin Star di Rotterdam. Tahun – tahun sebelumnya pun kami rayakan di beberapa restaurant lainnya (kecuali sewaktu pandemi, kami merayakan di rumah saja).

Kami pesan tempat sejak bulan September. Lalu mulai menghubungi tetangga yang biasanya menjaga anak – anak jika kami pergi berkencan malam hari. Menjelaskan ke anak – anak kalau pada hari itu kami akan makan malam di luar hanya berdua saja. Karena sudah biasa, jadi mereka tidak ada komen apapun, hanya mengucapkan, “Veel plezier.” Satu masalah, anak bungsu tiba – tiba ingin ikut kami dan menangis waktu melihat kami akan berangkat. Saya tenangkan dia dulu, peluk cium, setelah dia tenang, kami ke luar.

Jadi sebelum keluar, kami sudah persiapkan mereka untuk tidur. Setelah waktunya menonton TV selesai, mereka bisa langsung ke kamar masing – masing. Kecuali anak bayi, masih dibantu ke tempat tidurnya.

Saya seperti biasa kalau berkencan, berdandan maksimal. Berpakaian sebagus mungkin. Supaya tetap ada kupu – kupu dalam perut. Suami pun begitu. Romantis itu kan diusahakan berdua semaksimal mungkin ya. Supaya selalu ada rona merah di pipi. Malam itu agak rintik. Jadi suami membawa payung cukup satu buat berdua. Kami berjalan bergandengan tangan di bawah satu payung, suasana kampung yang sunyi menambah suasana hangat diantara kami berdua. Obrolan mendalam selama kami berjalan ke restaurant.

Sesampainya di Restaurant, wah interior bagian dalamnya cantik sekali. Elegan, simple, dan hangat. Kami telat 15 menit dari waktu yang kami pesan. Sudah banyak tamu lainnya di sana. Kami langsung dipersilahkan ke tempat duduk yang disiapkan.

Pertama ditanya tentang minuman, lalu satu persatu makanan mulai disajikan. Ada 10 menu yang dikeluarkan secara bertahap, sesuai dengan menu yang tertulis di kartu yang diberikan ke masing – masing tamu saat makanan penutup mulai dihidangkan. Chef sekaligus pemilik restaurant ini, turun ikut serta menyajikan beberapa makanan dan mengajak ngobrol para tamu. Dia ini pemenang enterprenur award di kabupaten kami tinggal. Dan yang mengejutkan, dia ternyata tinggalnya tidak jauh dari rumah kami. Ternyata orang lokal kampung sini juga.

Semua makanan yang dihidangkan, saya foto. Mayoritas makanan laut, rasa yang dominan asin umami. Ada satu menu seingat saya, umaminya sangat machtig, jadi lumayan meninggalkan rasa yang tidak nyaman. Tapi suami saya, doyan aja. Ya dia memang semua makanan dilabeli enak dan enak sekali :))))

Secara keseluruhan, sangat enak makanan di restaurant ini. Ada harga, ada rasa. Cuma saya yang terbiasa tidur jam 9 malam, begitu jam 11 masih di restoran, rasanya harus berperang dengan rasa kantuk. Sangat mengantuk. Saya sampai skip satu menu karena sudah tidak sanggup lagi melek dan perut sudah sangat penuh. Kenyang sekali. Yang saya skip menu berbagai macam keju. Suami saya tentu doyan sekali, lha wong camilan kesukaan dia. Kelihatannya secimit secimit ya hidangan Michelin Star ini, tapi percayalah, kalau sampai 10 sampai 14 menu, niscaya perut akan penuh kenyang.

Selama makan, saya dan suami ngobrol banyak tentang kami, dari hati ke hati. Membahas segala hal dari masa yang sudah dilewati, mengenang masa dulu, bercanda, sampai ada adegan menangis juga. Tentu saja saya yang menangis :))) muka sangar tapi gampang menangis.

Foto di bawah ini muka sudah mengantuk tetap memaksa senyum. Ngantuk tapi bahagia karena makanan enak dan perut kenyang.

Kami pulang bukan hanya membawa perut yang kenyang dengan hidangan yang super lezat, pun hati yang berbunga karena bisa menikmati malam yang membahagiakan bisa pacaran kembali berdua sampai larut malam.

Semoga tahun depan Insya Allah merayakan di restaurant yang lainnya.

  • 30 November 2025 –

Berjalan Kaki Cepat Sejauh 52Km

November walk 50K Challenge Strava

Banyak hal menyenangkan terjadi bulan November ini. Beberapa diantaranya sudah saya tuliskan dalam kompilasi cerita, bisa dibaca di sini. Ada beberapa lainnya yang belum saya tuliskan, nanti akan dibuatkan versi cerita kompilasi yang lainnya.

Sekarang, saya ingin bercerita tentang hobi olahraga yang baru, yaitu berjalan kaki cepat.

Terbiasa dengan olahraga lari, pindah haluan ke jalan kaki cepat pada awalnya sempat melukai ego saya. Merasa duh kok jalan satu jam cuma dapat paling jauh 5.5km. Biasanya kalau lari, satu jam bisa 7km. Tapi, lama – lama perasaan itu saya tepis. Saya kembali ke tujuan awal ingin mencoba hal yang baru dan belajar untuk menyenanginya. Alasan pindah haluan ke jalan kaki cepat dari lari adalah : Ingin mencoba hal yang baru, ingin mengurangi lari karena sedang program menurunkan berat badan, dan ingin memelankan ritme langkah supaya bisa menikmati apa yang saya lewati dengan sadar tanpa terburu.

Sebenarnya mulai coba – coba berjalan kaki cepat akhir tahun 2024 saat saya persiapan Half Marathon tahun 2025. Saya selang seling antara lari dan jalan kaki. Cuma waktu itu berasa ah jalan kaki kok berasa gak keren gini ya. Maklum, biasa jadi anak lari berasa songong gitu hahaha. Jadi jalan kaki cepat tidak terlalu diseriusi. Sesempatnya saja karena masih fokus dengan persiapan Half Marathon.

Lalu setelah pulang dari Liburan sebulan tanpa media sosial dan meneruskan rehat dari media sosial sampai sekarang, saya jadi punya banyak waktu, akhirnya saya manfaatkan untuk berjalan kaki cepat dan mulai mengurangi intensitas lari. Dari yang awalnya merasa jalan kaki cepat itu tidak keren, lama – lama jadi ketagihan dan merasa : wah olahraga ini ternyata aku banget *nelen ludah sendiri :)))

Saat berjalan kaki, meski cepat, saya masih bisa menikmati segala yang saya lewati. Bisa tetap memfoto dan merekam. Bisa mendengarkan dengan jelas suara apapun itu yang melintas. Memelankan langkah dibandingkan lari juga mengajari saya untuk sabar dan sadar. Sabar karena selama berjalan kaki saya bisa fokus ke diri sendiri, berbincang dari hati ke hati dengan otak, dan bisa meredam segala emosi yang ada. Berjalan kaki, membuat saya bisa berkoneksi dengan mental. Sebenarnya hal yang tersebutkan ini, juga saya dapatkan di lari. Hanya saat berjalan kaki cepat, rasanya lebih menghayati

Sama halnya dengan lari, saat berjalan kaki cepat, saya juga memasukkan hasil dari apple watch ke Strava. Lumayan jadi bisa tau sebulan berapa jauh (dalam km) saya bisa berjalan kaki cepat. Lumayan juga bisa dipamer di WhatsApp Story :))) Yang saya masukkan Strava adalah data khusus jalan kaki cepat karena hitungannya olahraga. Bukan total berjalan dalam satu hari. Kalau total dalam satu hari, saya melihat dari aplikasi Steps App.

Biasanya, saya mulai jalan kaki cepat pagi hari setelah mengantar anak – anak ke sekolah. Sesekali siang hari setelah anak – anak kembali ke sekolah dari makan siang di rumah. Untuk olahraga baik lari, jalan kaki cepat, angkat beban, dll saya lakukan saat perut dalam keadaan kosong. Entah rasanya lebih bersemangat olahraga saat perut masih belum terisi makanan apapun. Tenaga masih tinggi.


Karena akhir – akhir ini hujan, jadi pemandangan yang sering saya lihat selain langit yang gelap, yang lainnya adalah pelangi. Cantik sekali. Saya sampai berdecak kagum. Bahkan ada double pelangi. Kalau cuaca sedang cerah, bisa melihat semburat matahari yang muncul. Siang hari bisa melihat langit biru nan cantik meski suhu sudah 1 digit alias dingin sekali. Tapi saya tetap semangat meski dingin luar biasa. Asal tidak hujan, saya akan tetap berjalan kaki cepat di luar rumah.

Melihat data dari Apple Watch ini, lumayan ya ternyata jalan kaki cepat sejauh 5.3km selama 1 jam bisa membakar kalori sampa 220 Cal.

Kenapa sih kalau jalan kaki santai saja tidak usah cepat? Saya analisa sendiri, karena dasarnya saya terbiasa lari, jadi kalau jalan kakipun tanpa direncanakan, jadi cepat. Plus, saya membatasi jalan kaki cepat hanya maksimal 1 jam perhari. Tidak ada alasan khusus, supaya cepet selesai saja dan kembali ke rumah. Alasan lainnya adalah supaya terasa olahraganya. Selain jarak, saya pun mengamati detak jantung. Meski berjalan kaki, saya tetap ingin mendapatkan manfaatnya. Itulah kenapa, meski berjalan kaki, saya memilih dalam tempo yang cepat. Tidak ingin mencoba metode jalan kaki Jepang yang sedang ngetren sekarang? Sudah mencoba tapi saya lebih cocok jalan kaki dengan cara sendiri :))))


Sejak menekuni (Halah, baru juga 4 bulan haha) jalan kaki cepat, kualitas tidur malam hari saya jauh lebih baik. Benar – benar nyenyak sampai bangun pagi. Lumayan saya tidur bisa sampai 7 jam. Ditambah lagi karena saya sedang rehat dari medsos, jadi otak saya bisa relax dan hati tenang. Ini juga mempengaruhi kualitas tidur saya jadi makin lebih baik. Istirahat malam yang cukup dan berkualitas, sangat penting untuk banyak hal. Buat saya, baik untuk ketenangan dan kebahagiaan.

Beberapa bulan belakang, saya sudah berencana untuk ikut beberapa event jalan kaki. 2 kali rencana ikut eh gagal. Yang satu karena tiket sudah habis, sedangkan yang satu karena hujan deras. Sayang, padahal saya sudah bersemangat.

Kembali ke pembahasan Strava, di sana kan bisa ikutan Challenge. Lumayan buat seru2an dan sungguh bisa memotivasi. Biasanya saya ikutan challenge untuk lari, kali ini ikutan untuk jalan kaki. Saya mendaftar challenge untuk berjalan kaki 50km selama satu bulan di November 2025. Senang lho ikutan Challenge seperti ini. Seru rasanya. Jadi benar – benar memotivasi untuk menyelesaikan yang sudah dimulai.

Saya menutup bulan November dengan prestasi cemerlang. Bisa menuntaskan challenge bahkan lebih. Bulan November 2025, saya bisa berjalan kaki cepat total sejauh 52km. Wow bangga dengan prestasi ini. Bisa konsisten. Tepuk dada dan salami diri sendiri. Bangga bisa mengalahkan ego memelankan langkah dari berlari ke jalan kaki cepat.


Saya merasakan banyak sekali manfaat jalan kaki cepat. Selain kualitas tidur yang sangat baik, hal positif lainnya saya jadi bisa mengenali diri sendiri dengan cara banyak berdialog selama 1 jam berjalan kaki cepat. Hasilnya, saya jauh lebih tenang, lebih bisa menerima, menjauhkan otak dari terlalu mikir, dan tentu saja membuat badan jauh lebih sehat. Alhamdulillah kualitas hidup secara mental, jauh lebih baik.

Jadi sehat mental dan raga.

Tahun 2026, saya berencana akan lebih banyak mengikuti event jalan kaki yang ada di Belanda.

Saya tetap akan menekuni berjalan kaki cepat, memberikan waktu satu jam untuk diri sendiri. Bukan untuk sebuah perlombaan. Tapi untuk ketenangan hati dan pikiran. Berkoneksi dengan diri sendiri dan alam. Memelankan langkah untuk hadir secara nyata dan sadar.

Saya tutup November dengan Alhamdulillah. Mari sambut Desember dengan Bismillah. Tinggal satu bulan langkah kaki ditahun 2025.

  • 30 November 2025 –

Melepaskan Yang Tidak Dibutuhkan

Ketika saya dan adik-adik masih kecil, Bapak sudah mengajarkan sebuah konsep : Membeli hanya jika membutuhkan. Dimulai dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, semisal baju. Tidak disetiap hari raya kami mempunyai baju baru, tidak seperti anak-anak kecil tetangga yang selalu punya baju baru ketika lebaran tiba. Bapak dan Ibu tidak akan membelikan baju baru jika kami masih mempunyai pakaian yang layak digunakan dan masih dalam kondisi bagus. Jika memang kami sudah tidak membutuhkan lagi baju-baju tersebut dan ingin membeli baju yang baru, maka syaratnya baju yang lama dan masih dalam kondisi bagus serta layak tersebut harus diberikan kepada yang lebih membutuhkan, misalkan disumbangkan ke Panti Asuhan atau tetangga yang memang kurang mampu atau ke saudara.

Jadi intinya kalau mau membeli satu baju, satu baju dari lemari yang masih bagus harus dikeluarkan untuk disumbangkan atau diberikan. Kenapa harus baju yang masih bagus yang disumbangkan? Karena jangan sampai memberikan barang yang kita tidak suka dan dalam kondisi yang sudah tidak bagus lagi. Perlakukan orang akan menerima barang tersebut seperti kita yang menerima. Jika barangnya masih bagus dan sangat layak untuk dipakai dan digunakan, tentu saja lebih bermanfaat dan membuat orang yang menerima merasa berbahagia. Jika memang kondisinya sudah tidak bagus lebih baik dibuang.

Kebiasaan itu akhirnya terbawa sampai saya besar. Untuk segala barang, saya akan membeli kalau memang benar-benar membutuhkan, bukan hanya menginginkan saja. Saya ingat dulu ketika bekerja di Jakarta, HP yang saya miliki adalah nokia lama (lupa tipe berapa) sementara beberapa kolega di kantor selalu berganti tipe Hp dan memperolok HP saya yang hanya bisa sms dan telepon saja. Saya tidak gentar dengan olokan mereka dan tetap mempertahankan HP itu karena masih sesuai fungsiunya. Saya tidak akan membeli suatu barang hanya karena mengikuti tren saja. Sampai suatu hari, Hp tersebut benar-benar tidak bisa dipakai lagi, mungkin memang sudah saatnya mengganti setelah 6 tahun lamanya setia menemani. Setelahnya saya langsung membeli HP berbasis Android yang lumayan harganya karena sepesifikasi didalamnya memang sesuai kebutuhan.

Sampai sekarang saya tinggal hampir 11 tahun di Belanda dan punya anak tiga, hal tersebut tetap saya terapkan. Baju, ya itu – itu saja. Saya masih punya kaos yang usianya sudah lebih dari 20 tahun, masih muat di badan, saya pakai sehari – hari dan bahannya masih bagus. Jilbab pun sama. Kalau saya membeli 2 baju baru, berarti 2 baju lama harus dikeluarkan dari lemari. Baju anak – anakpun, jika ada teman yang melungsuri, dengan senang hati saya terima. Lumayan kan, budget membeli baju anak – anak di negara 4 musim yang cukup besar, bisa dialihkan ke hal – hal lainnya. Toh baju yang dilungsurkan pasti masih dalam kondisi bagus. Begitupun dengan baju anak – anak kami, jika memang sudah tidak bisa dipakai karena ukurannya terlalu kecil, saya akan pilah pilih dan berikan ke teman – teman yang mau menerima untuk anak mereka. Jika tidak ada yang mau dilungsuri, saya berikan ke Kringloopwinkel atau toko barang bekas di kampung sini. Yang sudah tidak layak, saya buang.

Saya sangat rajin beberes isi rumah. Ini saya rasa turunan dari Bapak. Dari sejak saya ngekos umur 15 tahun, kalau sedang pulang ke rumah, tugas saya mendadak jadi petugas kebersihan. Segala yang sekiranya memenuhi rumah dan tidak bisa dipakai lagi, saya buang. Ibu saya yang suka sekali menumpuk barang, biasanya marah – marah kalau barang tumpukannya saya buang. Ya termasuk makanan yang suka disimpan sampai kadaluarsa.

Dulunya, suami saya pun tukang menumpuk barang. Tidak separah Ibu memang (nanti fenomena menumpuk barang akan saya buatkan tulisan terpisah, karena sayapun pernah ada dijaman sebagai penumpuk satu barang. Tapi langsung tersadar dan jadi berubah ke haluan awal). Sejak menikah dan kami mulai tinggal bersama, kebiasaan menumpuk barangnya jadi berkurang. Kemelekatan dia akan sebuah barang jadi pelan – pelan hilang. Dia melihat saya suka mensortir segala macam yang ada di rumah, melihat saya yang tidak suka membeli barang jika tidak perlu, dan gampang melenyapkan barang dari rumah jika memang sudah tidak digunakan lagi. Dia akhirnya ketularan rajin beberes, bersih – bersih dan sekarang jadi gampang sekali untuk mensortir barang – barang yang memang waktunya disingkirkan dari rumah.

Foto di bawah dari kiri ke kanan : Saya sedang beberes sebagian kecil buku – buku di ruang perpustakaan di rumah, suami setelah beberes mendapatkan banyak sekali barang yang memang sudah harus dibuang. Foto terakhir sebelah kanan, akan saya bawa saat mudik tahun lalu. Lumayan banyak baju suami yang masih bagus bisa saya berikan ke tetangga – tetangga di desa.

Saya sendiri, memang tidak terlalu punya rasa kemelakatan yang kuat akan sebuah barang. Memang ada barang – barang tertentu yang punya nilai sejarah, akan saya simpan. Tapi hanya satu dua saja. Misalkan sarung dari Bapak yang biasa dipakai ke Masjid, saya simpan sampai sekarang. Sebagai kenang – kenangan dan sarung itu yang Beliau gunakan ke Masjid saat sholat Maghrib lalu sekitar 2 jam setelahnya Bapak meninggal. Contoh lainnya : Suami pernah membeli satu set baju olahraga untuk bayi, jauh sebelum saya hamil. Kata dia, membeli itu karena iseng saja, lucu katanya. Lalu sekitar 2 atau 3 bulan setelahnya, saya hamil dan anak yang saya kandung, berjenis kelamin sama dengan baju yang suami beli tersebut.

Hanya barang yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, akan saya simpan. Selebihnya, kalau sudah tidak terpakai lagi, lama tidak digunakan, dan tidak memberikan manfaat lagi, saya singkirkan. Tidak perlu lagi disimpan selain karena tidak ada tempat, juga gunanya untuk apa disimpan kalau jumlahnya terlalu banyak.

Lepaskan saja. Less is more.

Memang saya gampang melepaskan. Bukan hanya tentang barang, ke banyak hal juga. Termasuk pikiran – pikiran yang dirasa memberatkan, ya sudah lepaskan saja. Otak kapasitasnya terbatas. Lebih baik memberikan kesempatan kepada hal – hal yang bermanfaat untuk dijalani saat ini. Melepaskan apa yang sudah terjadi dimasa lalu. Jangan sampai memberatkan langkah ke depan. Melepaskan pikiran khawatir tentang masa depan. Jalani dan nikmati yang ada sekarang, yang di depan mata, dan saat ini. Supaya hati dan pikiran tetap tenang. Yang nanti ya dipikir nanti. Yang sudah selesai, ya letakkan tidak perlu disimpan lagi. Lepaskan saja rasa cemas itu. Fokus pada hari ini.

Termasuk hubungan yang saya anggap sudah tidak ada manfaatnya lagi dan tidak memberikan keberkahan dimasa mendatang. Dari hubungan pertemanan sampai persaudaraan. Tentunya setelah melalui pertimbangan yang matang. Jika dirasa sangat tidak ada faedahnya, buat apa dipertahankan. Membuat sakit diri sendiri. Penghambat banyak rejeki yang akan datang. Melepaskan untuk mendapatkan ketenangan dan keberkahan, itu jauh lebih baik. Daripada tetap dipertahankan, rasa tidak nyamannya ditumpuk, dan pura – pura tidak ada masalah. Buat apa.

Hidup di dunia cuma sekali. Minimalkan untuk menimbun hal – hal yang beracun untuk diri sendiri. Manfaatkan tiap waktu dengan berkegiatan yang menyamankan hati bersama mereka yang memberikan ketenangan hati dan keberkahan. Yang sama – sama bisa mendatangkan kebahagiaan hidup. Yang dicari dalam hidup kan ketenangan dan kebahagiaan. Kalau sudah tidak lagi bermanfaat, buat apa tetap dipertahankan.

Lepaskan saja. Hempaskan saja.

Pada sebuah masa, sesuatu memang perlu untuk dilepaskan jika memang sudah tidak dibutuhkan dan tidak bisa memberikan manfaat. Ditumpuk bisa menimbulkan racun yang menganggu kesehatan jiwa dan raga.

Hidup berdampingan dengan hal – hal yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan.

Melepaskan semua hal yang tidak dibutuhkan dan tidak lagi punya nilai guna..

  • 26 November 2025 –

Pakjesavond 2024

Fijne Pakjesavond!

Vandaag is Sinterklaas. Tijd om kadootje te openen. ’s Avonds gaan we samen kijken wie kado’s van Sinterklaas krijgt (Pakjesavond).

“O, kom er eens kijken

wat ik in mijn schoentje vind

Alles gekregen van die beste Sint”

Zijn jullie al klaar voor Sinterklaasavond?

Kado yang untuk malam ini (Pakjesavond : Sinterklaas bagi – bagi kado dimalam 5 Desember) tinggal segini. Kado – kado yang lain sudah dicicil ngasihnya hampir tiap hari sejak tanggal 16 November 2024 (ceritanya tanggal segini Sinterklaas datang ke Belanda dari Spanyol). Tidak selalu kado barang, kadang peppernotten, coklat, chips, atau makanan – makana lainnya. Kado dari tetangga sebelah rumah yang selalu satu tas penuh, kami berikan minggu lalu.

Sebelum tidur, anak – anak menaruh sepatu di depan pintu, di dalamnya dikasih wortel beserta gambar – gambar mereka, tulisan — tulisan. Apapun itu. Paginya, mereka mengecek apa ada sesuatu sesuai gantinya. Kadang ada, artinya sinterklaas mampir. Kalau tidak ada, ya artinya sinterklaas lagi ke rumah lainnya. Tidak selalu harus ada. Biar belajar berbagi dengan anak – anak lainnya dan belajar menerima bahwa tidak semua keinginan harus terwujud.

Kami masih menikmati masa mereka percaya dengan Sinterklaas. Biarkan mereka menikmati masa kecilnya. Nanti akan ada saatnya mereka sudah tidak mau merayakan ini lagi. 

Seperti biasa, seperti tahun – tahun sebelumnya (sejak anak pertama lahir) sponsor penyumbang kado – kado dalam bentuk mainan, makanan, adalah dari Oma, kami sebagai orangtua, tetangga londo yang selalu ngasih kado banyak tiap tahunnya, dan teman – teman saya yang kirim lewat pos.

Wij wensen alle families een fijne Pakjesavond!

Morgen gaat Sinterklaas terug naar Spanje toe.

– Pakjesavond, 2024 –

———-

MENEMUKAN TULISAN INI DI DRAFT. SEJAK TAHUN LALU SELESAI DITULIS TAPI BELUM DIUNGGAH. JADI SAYA UNGGAH SEKARANG SEBELUM PAKJESAVOND TAHUN 2025 DATANG.

  • 23 November 2025 –

Berulang Tahun Angka Kembar

Monnickendam

Tahun 2025 ini, dalam perjalanan hidup saya, banyak berhadapan dengan angka kembar. Ulang tahun perkawinan kami tahun ini, menginjak sebelas tahun. Ulang tahun Mama mertua, angkanya kembar. Sayapun, akhir maret 2025, berulang tahun dengan angka kembar. Itulah kenapa, tahun 2025 buat saya sangat spesial, sehingga saya rayakan dengan Half Marathon yang pertama, yang bulannya bertepatan dengan saya berulang tahun.

Tahun lalu, suami memberikan kejutan pada saat saya berulang tahun dengan berlibur ke Paris, sekeluarga. Ini kali kedua saya ke Paris. Pertama kali ke sana, 7 tahun lalu. Ceritanya saya tuliskan di sini. Tahun lalu, kami sekeluarga juga ke Disneyland.

Tahun ini, saya ditanya ingin merayakan ulang tahun ke mana atau yang bagaimana. Ulang tahun sekarang, bertepatan dengan hari terakhir puasa Ramadan dan besoknya Idul Fitri. Jadi, saya memutuskan untuk dirayakan di Belanda saja. Saya pun mengundang beberapa teman ke rumah, yang bisa datang, untuk makan bersama saat lebaran. Sekali rengkuh, 2 tujuan tercapai. Merayakan ulang tahun dan berlebaran. Hanya saja, saya tidak menginformasikan ke mereka kalau sehari sebelumnya saya berulang tahun. Jadi ya mereka taunya, makan rame – rame untuk lebaran. Hanya 1 orang saja yang tau karena memang tiap tahunnya selalu memberikan kado.

Selain merayakan di rumah bersama teman – teman, saya juga merayakan ulang tahun angka kembar ini dengan jalan – jalan satu hari ke wilayah Belanda utara. Tepatnya ke kota Water in Broekland dan Monnickendam. Saya memilih dua kota ini karena saya paling suka dengan suasana laut. Melihat kapal sandar dan menikmati aroma laut, selalu membuat hati saya gembira. Berlama – lama memnadang air, membuat hati saya tenang.

Pagi hari sebelum kami sekeluarga berangkat, saya mendapatkan hadiah bunga dan jam tangan dari suami dan anak – anak, serta ucapan yang hangat dari mereka. Ciuman bertubi dan pelukan penuh kasih sayang dari mereka, membuat saya tidak membutuhkan hadiah apapun. Cukup kehadiran mereka secara lengkap, sehat, dan kami berkumpul bersama dihari spesial saya. Tapi kalau diberi hadiah ya tidak menolak *lah. Jam tangannya terpakai sampai sekarang, meski hanya saat olahraga saja. Bukan hanya saat lari, juga semua olahraga yang saya lakukan. Saya tidak terlalu suka memakai smartwatch diluar jadwal olahraga. Merasa dimata-matai :))) Lebih nyaman memakai jam tangan biasa saja.

Beberapa teman, sahabat, keluarga di Belanda dan Indonesia pun mengucapkan lewat whatsapp. Menambah kebahagiaan saya tentunya. Saya pasang di sini foto dari beberapa ucapan tersebut. Saya tidak mengumumkan di media sosial kalau sedang berulang tahun. Memang selama ini seperti itu. Cukup orang – orang terdekat saja yang memang selama ini tau dan tak pernah absen mengucapkan. Itu lebih terasa intimnya. Lebih bermakna dihati. Makin tua, ulang tahun ingin yang sederhana tapi bermakna.

Karena kami perginya sekitar jam 10 pagi, saya masih ada waktu membuat kuah bakso untuk lebaran esok harinya. Curi – curi waktu ceritanya haha. Lumayan kan, memanfaatkan waktu seefisien mungkin.

Setelahnya, kami pergi. Tujuan pertama ke Water in Broekland. Kami sekeluarga baru pertama kali datang ke kedua kota ini. Kotanya saling berdekatan dan tidak jauh dari Amsterdam. Jadi jika ada yang sedang liburan ke Amsterdam dan ingin melipir sejenak dari hiruk pikuk kota besar, bisa datang ke kota – kota yang areanya dikelilingi air dan minim turis seperti Marken, Water in Broekland, Monnickendam, Purmerend. Volendam juga termasuk, hanya saja turis di Volendam sudah melimpah ruah.

Saat di Water in Broekland, kami datang ke gereja setempat untuk melihat dalamnya seperti apa. Tidak disangka, ada acara pasar loak di sana. Wah saya kalap melihat segala pecah belah. Sampai pada pojokan gereja, saya melihat satu set peralatan makan. Lho, kok ternyata murah. Akhirnya saya beli semua. Satu set banyak ini, harganya hanya 10 euro. Masih bagus semua kondisinya. Saya seperti mendapatkan rejeki nomplok. Pas sekali, bisa dijadikan wadah hidangan lebaran keesokan hari. Bagaimana, cantik kan. Untuk cerita lebaran tahun ini, akan saya tuliskan terpisah.

Siangnya, kami makan di restoran lokal di Broek in Waterland. Yang sedang buka saat itu, Pannekoekenhuis atau arti harfiahnya rumah pancake. Jadi menunya segala pancake dengan topping macam – macam. Dari manis sampai asin. Anak – anak tentu senang sekali. Setelah melihat menunya, kami cocok, dan makan di sini. Saya lupa nama menu yang saya pesan, yang pasti rasanya enak.

Malamnya, kami makan di restaurant dekat rumah, tinggal jalan kaki saja. Rangkaian acara ulangtahun saya untuk hari ini, selesai sampai di sini. Keesokan hari, saya merayakan dengan teman – teman yang datang ke rumah karena akan berlebaran bersama. Sementara itu, sampai sekarang yang saya undang hanya satu orang yang tau kalau waktu itu saya sedang berulangtahun.

Ulang tahun angka kembar ini sangat bermakna untuk saya. Bukan hanya angkanya saja yang cantik, pun saya merasa cukup dan bertumbuh sebagai seorang Deny. Cukup dengan apa yang Allah titipkan saat ini, bersyukur tanpa henti dengan segala barokahNya, dan tidak lagi mempunyai ambisi yang muluk – muluk. Alhamdulillah sehat dan bahagia bersama suami dan anak – anak. Mempunyai hubungan yang baik dengan teman – teman dan sahabat yang masih ada sampai saat ini, menjaga hubungan yang secukupnya saja dengan keluarga.

Cukup menjalani hari, berencana seperlunya, lalu selebihnya serahkan pada Allah.

Angka memang benar hanya sebuah angka, tapi buat saya ini adalah sebagai simbol bertumbuh. Banyak hal yang terjadi, mengajarkan saya untuk menjadi jiwa yang lebih baik dan sebisa mungkin bermanfaat bukan hanya buat diri sendiri, pun bagi yang membutuhkan. Meluruskan hati bahwa semua tindakan dan perbuatan sebagai media untuk ibadah. Mendengarkan hanya yang baik saja, segala omongan buruk saya anggap sebagai gangguan kehidupan. Semoga langkah kaki dan segala ucapan menjadikan ke arah kebaikan.

Semoga pertambahan angka umur ini menjadikan sebuah manfaat dan ladang kebajikan.

  • 6 November 2025 –

Sepuluh Tahun Tinggal di Belanda

Bunga dari Suami

Akhir bulan Januari 2025, tepat 10 tahun saya tinggal di Belanda dan merasakan winter ke 11. Senang karena saya tinggal di sini bersama keluarga yang saya sayangi sepenuh hati : suami dan anak – anak. Keluarga suami juga baik dan perhatian. Mama mertua yang selalu memperlakukan saya dengan dengan penuh sayang. Punya beberapa teman Indonesia di Belanda yang baik sampai sekarang. Jumlah tidak banyak, tidak mengapa. Orang yang itu – itu saja yang penting saling mengisi dan memberikan kebaikan serta saling mengingatkan di depan jika salah satu dari kami sedang berada di luar jalur. Teman – teman yang membuat nyaman di hati. Pertemanan yang makin mengecil lingkarnya. Alhamdulillah. Tetangga sebelah rumah yang baiknya sudah rasa saudara. Lingkungan rumah yang menyenangkan, tinggal di desa yang juga sangat nyaman dan tenang. Punya rumah yang hangat Insya Allah dipenuhi dengan cinta dan kasih di dalamnya, sangat nyaman untuk kami berteduh dalam segala cuaca, dan tempat terbaik untuk tinggal.

Segalanya saya syukuri dengan peran yang pernah dan sedang saya jalani. Dari pernah bekerja, mempunyai usaha sendiri, sampai memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga yang penuh tinggal di rumah. Dari hanya berdua dengan suami, 5 kehamilan, dan 3 anak yang Alhamdulillah terlahir dan tumbuh sehat sampai sekarang. Banyak belajar hal baru dari menguatkan tekat belajar menyetir mobil sampai mendapatkan SIM, belajar baking di tempat yang professional, membuka usaha dan berdagang, mengambil banyak sertifikasi di luar bidang keilmuan, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat bermanfaat untuk hidup saya di Belanda.

Menjalani tahun demi tahun dengan segala naik turunnya dengan ikhlas. Dijalani saja. Pahitnya tidak perlu diumbar terlalu detail di media sosial. Ditelan sendiri dan hanya suami yang tau semuanya. Kalaupun ingin bercerita, saya akan memilih mereka yang amanah. Berbagi di media sosial yang bikin bahagia saja. Tinggal di negara orang, berapapun lamanya, tentu saja rasanya tetap sebagai pendatang. Beda rasa, seperti tidak memiliki. Yang namanya negara, tidak ada yang sempurna. Sama dengan manusia.

Namun saya sudah merasa negara ini sebagai rumah. Tempat di mana saya bisa kembali pulang dan merasa nyaman, bahagia, dan tenang. Setiap langkah, saya jalani dengan perlahan. Hidup yang pelan. Tidak terburu waktu, tidak tergesa, dan tidak butuh membuktikan apapun. Saya bisa menjadi diri sendiri. Tidak harus memikirkan lagi dan terusik pendapat orang lain. Selama tidak merugikan siapapun, kepala saya tetap tegak melihat ke depan. Tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan apapun dan siapapun. Yang terutama tetap saya, suami, dan anak – anak. Itu saja sudah lebih dari cukup.

Selama tinggal di Belanda, saya selalu bermusuhan dengan musim dingin. Setiap musim dingin, saya selalu jatuh sakit. Tapi tahun ke 10 ini, ajaibnya, saya segar bugar. Sama sekali tidak sakit. Mungkin karena saya rutin lari karena persiapan Half Marathon di Den Haag. Atau mungkin juga mental saya pada akhirnya sudah menerima, ya mau bagaimana lagi. Musim dingin akan selalu datang tiap tahunnya. Tinggal dijalani saja, tidak perlu terlalu dipikirkan. Tinggal di Belanda juga mengajarkan saya untuk tidak terlalu overthinking. Dijalani saja. Toh tiap manusia ada saja cobaannya. Dan pasti banyak juga masa bahagianya. Semua tidak ada yang abadi. Tinggal dijalani, banyak berdoa, dan berserah. Yakin bahwa langkah kaki saya di sini pun semua atas ijin Allah. Dia yang akan memberikan perlindungan dan kekuatan.

IJIN TINGGAL DI BELANDA

Bulan November 2024, saya mendapatkan surat dari kantor imigrasi Belanda kalau ijin tinggal saya akan segera berakhir masa aktifnya. Saya diminta untuk memperpanjang sebelum tanggal yang sudah disebutkan. Kalau tidak salah ingat, ini sudah ketiga kali saya memperpanjang ijin tinggal. Saya sudah mendapatkan ijin tinggal permanen sejak tahun ke 4. Jadi proses memperpanjang ini tidak perlu memasukkan dokumen – dokumen apapun. Tinggal memberikan konfirmasi ke pihak imigrasi (lewat online) beberapa informasi terkait.

Tepat akhir bulan Januari 2025, saya datang ke kantor imigrasi di Belanda untuk mengambil kartu ijin tinggal saya yang permanen yang sudah diperpanjang. Persis 10 tahun lalu, ditanggal yang sama, saya juga datang ke kantor imigrasi Belanda untuk mengambil kartu ijin tinggal sementara. Pas tanggal kedatangan saya di Belanda. Bedanya, sekarang kantor imigrasinya sudah pindah. Rok yang saya pakai 10 tahun lalu, saya pakai juga ke kantor imigrasi tahun ini. Roknya sih masih muat ya, badan saya saja yang melebar :))). Tulisan saya 10 tahun lalu, bisa dibaca di sini. Jadi bisa melihat muka saya 10 tahun lalu dibandingkan dengan foto di bawah ini.

MERAYAKAN 10 TAHUN DI BELANDA

Pagi itu langitnya cantik sekali. Saya menerima bunga dari suami dan sebuah hadiah. Dia bilang, untuk merayakan sepuluh tahun di Belanda. Malamnya kami makan bersama di sebuah restoran. Makan segala macam ada. Kami memang keluarga yang merayakan apapun. Bahkan tiap tahun pertambahan saya tinggal di sini, selalu dirayakan. Apalagi tahun istimewa ini, satu dekade. Saya sendiri tidak memasak, hanya membuat kue lumpur kentang karena tiba – tiba ingin makan.

Sepuluh tahun di Belanda, saya tidak punya ambisi apapun lagi. Tinggal menjalani hidup, menikmati tiap harinya dengan pelan dan sadar, sehat jasmani rohani, selalu bersyukur, berusaha menjadi orang yang bermanfaat dan memberikan banyak berkah, bisa menyeimbangkan peran antara diri sendiri, Ibu, dan seorang istri.

Itu saja, tidak ada yang hal yang muluk.

Yang penting hati tenang, nyaman, dan bahagia pun mengikuti.

Keluarga buat saya tetap yang utama.

  • 31 Oktober 2025 –

Cerita sembilan tahun di Belanda, bisa dibaca di sini.

Ngeblog Sudah Tidak Tren Lagi?

Dunia blog saat ini, tidak seramai 11 tahun lalu saat saya mulai menulis di WordPress. Sebelum aktif di sini, saya juga rajin menulis di Blogspot, Multiply, Tumblr. Friendster termasuk tidak ya, karena dulu juga rajin curhat di sana. Ya tulisan saya di blog memang tidak jauh dari curhat, cuma tampilannya saja yang berbeda. Kalau di Blogspot, curhat dalam bentuk puisi. Di Multiply sering menuliskan kegundahan dalam bentuk tulisan pendek.

Di WordPress, saya mulai belajar menulis panjang tentang dokumentasi kehidupan sehari – hari, peristiwa terkini yang terjadi, cerita jalan – jalan, sampai cerita keluarga. Menulis di sini, dari saya dan suami belum menikah, sampai sekarang kami sudah punya anak tiga. Hanya saja, untuk cerita tentang anak – anak, memang saya batasi tidak saya buka semua di sini. Cerita tentang suami juga, tidak terlalu banyak. Saya membatasi menuliskan tentang keluarga, berkaitan dengan privasi. Sebagian besar yang saya tuliskan di sini ya tentang kegiatan saya, kegelisahan, maupun uneg – uneg di kepala yang perlu dikeluarkan.

Blog ini awalnya dibuat karena komitmen kami berdua untuk menulis, pun karena suami suka menulis. Itu kenapa nama blognya Deny dan Ewald. Walaupun Denald sendiri bukan singkatan nama kami berdua (meskipun kalau cocoklogi sebenarnya bisa ya hahaha). Awal – awal memang masih dijalur yang benar, suami masih menulis di sini. Lama – lama dia mangkir dan menulis di blognya sendiri. Lah, bagaimana ini :))) Ya sudah, selanjutnya saya sendiri yang solo karir di sini.

Denald itu nama alias yang sudah saya gunakan sejak SMP. Denald kependekan dari Deny suka Donald hahaha iya, Donald Duck. Saya memang penggemar Donald.

Seingat saya, 2014 sampai sekitar sebelum pandemi, WordPress masih ramai. Masih banyak yang menulis lalu saling berbalas komentar. Dari cerita sehari – hari yang ringan sampai pembahasan berat seperti politik. Dari yang hanya kenal di dunia blog, sampai kopi darat dan berteman sampai sekarang. Saya masih berteman baik sampai saat ini dengan beberapa blogger yang kenal di WordPress kisaran tahun 2014 – 2017, sering jalan bareng, ngobrol nyambung, ketemuan kalau mudik, sampai nggosip di WhatsApp. Ada juga yang sudah tidak sejalan lagi. Namanya dinamika kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Tidak mengapa.


Semakin tahun, saya mulai merasa dunia blog semakin sepi, terutama di WordPress. Entah untuk media blog yang lain. Setidaknya beberapa blogger yang saya ikuti sudah jarang sekali menulis, bahkan memutuskan tidak menulis di blog lagi dan pindah ke media sosial. Misal lebih aktif menulis di twitter, Quora, Substack atau beralih jadi konten kreator di tiktok, Youtube, dan Instagram. Semakin maraknya media sosial, bisa dipahami kalau ngeblog itu jadi hal yang membutuhkan ekstra. Bukan hanya ekstra fokus, waktu, pun tenaga. Sementara menulis di media sosial, bisa dengan cerita singkat atau bahkan tanpa cerita hanya unggah foto atau video saja. Menulis panjang di blog lebih nyaman di depan laptop atau komputer, sedangkan di media sosial bisa dilakukan melalui telefon genggam. Belum lagi, ada yang sudah membayar biaya anggota per tahun di blog kemudian jarang menulis, berasa rugi uang. Sedangkan di media sosial, gratis.

Sayapun mengakui, sejak pandemi, menulis di WordPress frekuensinya jadi jarang. Apalagi sejak di twitter saya pelan – pelan mempunyai banyak pengikut, akhirnya lebih aktif di sana. Interaksinya pun menyenangkan. Instan dan menemukan komunitas baru. Bisa dijadikan tempat berjejaring. Menulis di blog jadi bolong – bolong. Ditambah aktifitas saya di dunia nyata yang memang lumayan menyita waktu. Mengurus 3 anak yang super aktif, ada bisnis yang dikerjakan, berjibaku dengan kegiatan sehari – hari, dan menyoba menyeimbangkan peran antara sebagai istri dan tidak melupakan diri sendiri.

Setahun belakang ini, saya pun menambah media sosial di Instagram dan Threads. Memang cari perkara baru nambah medsos ini. Dipikir kebanyakan waktu padahal sehari – hari bisa duduk cantik saja sudah Alhamdulillah :))) Makin jaranglah saya ngeblog. Terlena dengan “mainan” baru. Terlena dengan segala kenyamanan di sana. Meskipun pada akhirnya, saya putuskan untuk hiatus di semua platform media sosial yang saya punya sejak 6 bulan terakhir. Bosen juga ternyata dan saya ingin kembali fokus dengan dunia nyata. Fokus dengan diri sendiri.

Saya kembali lagi aktif ngeblog 3 bulan belakang ini. Sejak awal ngeblog dulu, memang tujuan saya untuk mendokumentasikan dan menumpahkan apa yang ada di kepala, secara runtun. Dari kecil saya memang suka menulis. Bahkan karena suka menulis, saya pernah ikut keroyokan menulis di beberapa buku. Ceritanya saya tuliskan di sini. Dulu senang sekali kalau setelah menulis lalu ada yang meninggalkan komentar. Saling berbalas jawaban. Sekarang menyadari WordPress mulai sepi, jadi saya sudah niatkan bahwa ada atau tidak ada yang komen, menulis tetap berjalan. Kalau ada yang baca Alhamdulillah, tidak ada yang baca ya tidak masalah. Ada yang meninggalkan komentar saya senang, kalau tidak ada yang komentar sama sekali, ya sama senangnya.

Kesenangan ngeblog sekarang buat saya mulai bergeser. Bukan lagi tentang interaksi antar blogger, tapi lebih ke berinteraksi dengan pikiran sendiri. Berkoneksi dengan diri sendiri. Dulu juga begitu, sekarang lebih intensif lagi. Perlahan mulai menata kembali fokus di otak yang sempat kocar kacir karena terlalu aktif di media sosial dengan kesenangan instan dan konten yang pendek – pendek. Sekarang lebih berteman dengan sunyi di blog. Saya menulis sekarang untuk meditasi dan ketenangan diri. Bukan lagi untuk mencari gegap gempita tenar ataupun pujian. Dan kesenangan ngeblog memang tidak tergantikan, buat saya.

Tentang semangat ngeblog, saya pernah menuliskan tema ini juga saat hari blogger Nasional tahun 2021. Silahkan baca di sini. Sama dengan yang saya tuliskan di sana, sampai kapanpun, saya akan tetap semangat ngeblog. Rasanya beda antara menulis di blog dan di media sosial. Di blog selain bisa menulis panjang, juga bisa melatih runtun dan fokus. Sedangkan di media sosial, memang lebih gampang dan ringkes, tapi rasanya berbeda. Kurang penuh, ada ruang kosong yang tidak bisa terisi oleh menu – menu canggih media yang lain.

Kalaupun saat saya menulis panjang di media sosial, misal Instagram, tetap saja tidak dibaca dengan tuntas oleh mereka yang melihat foto yang saya unggah. Tetap menanyakan apa yang sudah ditulis di sana. Ingin tepuk kepal, tapi ya sudah, mencoba memahami. Karakteristik pengguna Instagram memang suka yang singkat padat. Memang harusnya di Instagram itu tidak untuk menulis panjang tapi mengunggah foto dengan cerita yang ringkas. Saya yang biasa menulis di blog, lumayan kagok juga ketika saat itu mencoba aktif di sana. Bahkan mengunggah Insta Story saja, pasti ada cerita panjangnya hahaha. Susahlah saya beradaptasi. Walau ternyata ya banyak yang suka dengan unggahan story saya yang penuh cerita itu. Karena kalau membuat story, saya selalu persiapkan dengan matang. Tidak asal unggah. Pasti ada cerita yang dituliskan.

Buat saya, menulis di blog tetaplah yang terbaik. Meski ngeblog bukan tren lagi di masa kini, saya akan tetap setiap menulis di sini.

Terima kasih untuk kalian yang sudah mampir ke blog saya dan membaca segala tulisan dari semua suasana hati, opini, cerita perjalanan, ataupun cerita acak lainnya. Terima kasih untuk yang meninggalkan komentar. Terima kasih sudah menyediakan waktu untuk bertahan membaca sampai selesai.

Selamat hari blogger Nasional.

Mari kita semarakkan lagi dunia blog.

Para blogger, yuk nulis di sini lagi!

  • 27 Oktober 2025 –

CPC Loop Den Haag 2025 – Virgin Half Marathon

Virgin Half Marathon

CPC Loop Den Haag adalah acara lari tahunan yang diselenggarakan di Den Haag. Ada beberapa jarak dari 5km, 10k, sampai Half Marathon 21.1km. Itu untuk kategori dewasa. Untuk anak – anak, jaraknya berbeda lagi. Setiap tahun sejak pindah ke Belanda, saya hampir selalu mengikuti acara ini untuk lari jarak 10km. Cerita yang tahun 2015, bisa dibaca di sini. Bahkan saat saya hamil anak terakhir, usia kandungan hampir menginjak trimester tiga, saya ikut juga CPC Loop Den Haag untuk jarak 5km. Cerita lengkapnya ikut acara lari saat hamil besar, bisa dibaca di sini.

Nah, karena sudah bertahun – tahun saya rajin ikut yang kategori 10km, rasanya butuh tantangan baru. Beberapa kali mencoba menguatkan niat untuk naik ke jarak 21.1km alias Half Marathon, beberapa kali pula mengurungkan niat. Merasa kok jauh sekali hahaha. Rasanya kapan selesainya itu lari. Sementara saya kan larinya super lelet. Selama ini pun lari buat saya adalah hobi. Bukan hal yang ambisius harus cepat. Senyamannya saja.

Lalu akhir tahun 2023, saya mengumpulkan niat mendaftar half marathon untuk tahun 2024. Itu beberapa bulan setelah melahirkan. Ternyata belum direstui Allah, mungkin karena masih ada bayi. Disuruh fokus dulu dengan bayi, tidak usah pecicilan :))) Bulan Januari 2024, saya sakit parah sampai 2 minggu tergeletak dan tempat tidur jadi teman setia. Padahal half marathonnya bulan Maret. Setelah masa kritis terlewati, saya butuh waktu untuk penyembuhan sebulan. Walhasil ya selama 2 bulan tak ada latihan. Sebulan menjelang hari H, dengan kesadaran penuh, saya turunkan ke 10km saja. Selain alasan sakit, waktunya pun tidak sesuai dengan bayi kami tidur dan bangun. Jadi ya sudah, half marathon kapan – kapan saja. Cerita CPC Loop tahun 2024, saya tuliskan lengkap di sini. Enak ya punya blog, jadi dokumentasinya lengkap dan terperinci. Itulah kenapa saya tidak bisa berhenti ngeblog. Lebih jelas dokumentasinya.

Akhir tahun 2024, saya niat lagi untuk mendaftar half marathon untuk tahun 2025. Saya sudah berniat bulat, tahun 2025 harus jadi. Tahun yang akan banyak memperingati hari – hari yang bersejarah dalam hidup saya. Jadi saya bertekat kuat untuk latihan secara rutin. Setelah mendaftar sekitaran Oktober – November, saya mulai latihan yang terstruktur. Dari jarak, waktu, sampai intensitas pun terukur. Bahkan saat pagi beku pun saya tetap bangun, untuk latihan lari. Semua saya lewati dengan penuh sungguh – sungguh. Semua latihan ini saya dokumentasikan alias pamerkan di story Instagram apakabar.denald (dan saya taruh di highlight). Tapi sekarang sedang hiatus Instagram.

Niat saya bukan untuk mempercepat tempo lari per menit. Tujuan saya latihan teratur cuma dua : Bisa finish dalam waktu 3 jam dan tanpa cedera.

Bulan Februari, saya ikut race di dekat rumah, 10km. Kok ya pas banget cuacanya sedang dingin parah dan berangin hebat. Jadi lari sambil melawan badai angin. Saya pikir, ya sudah anggap saja latihan buat Half Marathon. Mendekati bulan Maret, saya semakin grogi. Latihan juga saya rasa cukup. Alhamdulillah musim dingin kali ini saya tidak jatuh sakit. Biasanya musim dingin tidak pernah terlewati tanpa sakit.

CPC Loop tahun ini, pas banget dengan Ramadan. Karena saya masih menyusui, jadi saya belum ikutan puasa. Seminggu sebelum hari H, dapat kiriman email dari panitia menginformasikan kalau hari H prakiraan cuaca akan terik. Jadi disarankan memakai pakaian setipis mungkin, minum yang banyak dan cukup terhidrasi. Cuaca yang terik nih membuat mental saya agak goyah. Saya bilang suami, terus apa tidak ya. Takutnya pingsan. Mulai nih bisikan – bisikan untuk turun saja ke 10km.

Tapi saya menguatkan hati untuk tetap maju tak gentar menjalankan ibadah Half Marathon. Bismillah.

Tepat tanggal 9 Maret 2025, jadi tanggal bersejarah dalam perjalanan saya di dunia lari. Half Marathon pertama akhirnya dijalani. Dengan mengucap banyak doa dan deg – degan tidak karuan, terlewati juga garis start. Saya menggunakan pakaian senyaman mungkin dan jilbab setipis mungkin. Saya mulai lari jam 11 siang, karena wave terakhir hahaha wave 3. Pas saya baru mulai lewat garis start, yang wave 1 elite runner sudah sampai finish :)))) padahal mulainya jam 10. Beneran uji mental. Suhu 17 derajat celcius. Bayangkan, biasa latihan disuhu 1 digit sekitaran 5 derajat bahkan 0 derajat, eh pas hari H, suhunya jadi 17 derajat. Mana larinya melawan sinar matahari. Ongkepnya Subhanallah bukan main.

Ya sudah, saya hanya bisa pasrah. Niat saya dari 2 akhirnya jadi 1. Sampai finish dengan sehat, happy, tanpa cedera. Saya sudah tidak memikirkan berapa lama lagi waktu sampainya. Senyampainya saja. Saya yakin pasti dtunggu panitia haha.

Sewaktu di km 4, ada peserta orang Belanda tiba – tiba memelankan lari dan jejer saya, bertanya, “kamu puasa Ramadan? kuat kamu lari cuaca terik begini?” Saya kaget sekaligus terharu ada yang bertanya tentang Ramadan. Saya bilang kalau tidak puasa karena masih memberikan ASI. Dia lalu bilang. “hebat! Sukses ya!!” lalu dia pamit lari lebih dulu.

Saat km 5, ada water station. Wah saya minum langsung banyak. Haus sekali. Panas dan ongkepnya luar biasa. Lalu saya melanjutkan lari. Nah setelah lewat km 6, ada mobil panitia menghentikan lari saya. Mereka bilang, waktu saya lewat dari skema yang mereka tetapkan. Jadi saya disuruh menyudahi lari dan ikut masuk ke mobil mereka. Wah saya kaget donk. Seumur – umur ikut race, baru kali ini disuruh stop lari. Lalu saya bilang, bisa tidak saya melanjutkan lari sampai finish, tapi lari di trotoar. nego ceritanya. Setelah berunding dengan sebelahnya, akhirnya dibolehkan. Saya tidak menoleh ke belakang karena saya pikir jadi peserta HM yang terakhir. Wah ketika menulis ini, saat ini, saya jadi merasakan lagi traumanya. Yang membekas dan membuat saya jadi punya kenangan yang tidak nyaman untuk diingat tentang HM pertama.

Lalu saya melanjutkan lari di trotoar. Sementara truk yang mengambil pembatas – pembatas di jalan raya, bersisian dengan saya lari. Jalan raya kembali dibuka. Jadi sepanjang km ke 7 sampai km ke 15 kalau tidak salah, saya lari di trotoar. Km ke 15 saya lari lagi di jalan raya karena rute steril untuk yang race 10km. Lumayan ya, karena jadi peserta lelet, ikut nebeng rute :))). Nah di titik ini, saya dengar kok banyak suara sirine. Saya pikir apa ambulan atau polisi. Dikemudian waktu saya baru tau kalau banyak peserta half marathin yang tidak sampai finish karena tumbang dan harus dibawa ke RS. Penyebab terbesarnya dehidrasi dan kepanasan parah.

Saat lewat rute pantai yang menanjaknya wassalam curam, saya akhirnya jalan kaki saja sambil foto – foto hahaha anggap istirahat sesaat. Lumayan, mumpung langit biru. Sekalian saya mengunyah energy bar. Lapar berat. Lalu saya lanjut lari lagi. Sewaktu dikm ke 18, saya telpon suami yang sudah menunggu di garis finish bersama anak – anak. bertanya apa saya selesai saja ya. Kok rasanya ga sampai – sampai ini. Mulai halusinasi. Kata suami terus saja karena peserta 5km juga baru saja lewat start. Sayang, kurang 3km lagi. Saya pikir iya, sayang kurang sedikit lagi. ya sudah saya lari sambil selang seling jalan kaki.

Yang paling menyenangkan dari event lari di kota besar dan taraf Internasional. sepanjang jalan pasti ada saja yang menyemangati. Dari berteriak, diberikan camilan, diputarkan musik, sampai dijejeri lari supaya tidak berhenti. Karena saya peserta yang ngotot sampai finish meski waktunya melset jauh, jadi saya pun mendapatkan ekstra penyemangat dari mereka. Terharu lah pokoknya. Diteriakkan nama saya.

Singkat cerita, akhirnya sampai finish juga, bersamaan dengan peserta jarak 5km hahaha. Jadi saya nyempil diantara mereka. Untung saja suami melihat saya, lalu dia berteriak. Saya sampai putar balik lagi untuk mencium anak – anak yang menunggu lama di garis finish. Anak ragil digendong papa di pundak. Saya sampai terharu ditunggu mereka.

Tentu saja setelah selesai Half Marathon, saya pamerkan di semua media sosial saya haha. Salah satu sahabat malah salah fokus dengan lipstick yang saya pakai, kok bisa tetap merah merona meski sudah lari lebih dari 21km. Lha ini juga penting, memilih lipstick yang tepat saat race. Jadi saat difoto tetap bagus :))))

Rasanya tuntas sudah perjuangan latihan selama ini saat saya diberikan medali. Meski catatan waktu meleset jauh dari yang saya rencanakan, bersyukur sekali sampai finish dengan sehat dan tanpa cedera. Meski kebahagiaan saya sempat ternoda karena adegan diciduk panitia :))) tetap rasa syukur tak henti saya ucapkan.

Suami dan anak – anak menyambut saya di pintu keluar dengan bunga. Mereka satu persatu memeluk saya dan mengucapkan selamat karena sudah menyelesaikan Half Marathon yang pertama. Medali Half Marathon ini juga buat mereka, yang selalu saya tinggal saat akhir pekan untuk latihan lari jarak jauh. Mereka di rumah yang merelakan waktu agar saya bisa lari. Saya yang seringnya sudah pergi lari saat mereka belum bangun tidur. Half Marathon yang pertama ini sangat berarti bukan untuk saya sendiri sebagai ajang pembuktian kalau saya bisa, juga buat anak – anak dan suami yang tak pernah putus mendukung dan memberikan semangat pada saya dari sebelum mendaftar, proses latihan selama 6 bulan an, sampai menunggu di garis finish.

Saya betul terharu menahan tangis. Tuntas sudah yang saya jalani selama ini. Latihan disiplin, tetap lari meskipun musim dingin, mengalahkan rasa malas, dan tetap maju sampai titik maksimal kesanggupan. Alhamdulillah saya sanggup sampai garis akhir.

Half Marathon inipun punya arti yang spesial karena :

  • Marayakan 10 tahun tinggal di Belanda dengan segala warna warninya.
  • Merayakan 10 tahun status saya sebagai lulusan S2.
  • Merayakan ulangtahun angka kembar dibulan yang sama Half Marathon.
  • Merayakan 10 tahun sejak pertama ikut CPC Loop Den Haag.
  • Merayakan 10 tahun rutin berlari selama di Belanda.
  • Merayakan diri sendiri yang tak pernah menyerah dan gigih memperjuangkan apapun yang sudah dijalani. Menyelesaikan dengan baik apapun yang sudah dimulai.
  • Merayakan status sebagai Ibu 3 anak dengan 5 kali kehamilan.
  • Merayakan tuntas menyusui sampai ketiga anak yang sampai saat ini dan semoga seterusnya tumbuh sehat, aktif, pintar, kreatif, dan semoga bahagia.
  • Merayakan segala kemenangan dari yang kecil sampai yang besar dan berkah yang sudah didapat selama ini
  • Merayakan 11 tahun pernikahan dan 12 tahun saling mengenal dengan suami.

Half marathon ini sebagai pembuktian meski sampai finish dengan waktu 3 jam 25 menit, Alhamdulillah saya tidak menyerah. Meski ada opsi untuk naik tram saja kembali ke tempat acara (ya km ke 18 sudah sempat memikirkan opsi ini hahhaa) tapi saya masih diberikan kewarasan pikiran untuk lanjut sampai selesai. Banyak peserta yang tidak bisa menyelesaikan sampai finish, saya diberikan kekuatan, kesehatan, sampai menyelesaikan apa yang sudah saya impikan. Yang penting sudah mencoba dan tau rasanya.

Sampai ke rumah, langsung menyantap soto ayam :))).

Buat saya, half marathon pertama ini bukanlah sekedar sebuah medali. Tapi kegigihan, perayaan, dan penghargaan terhadap diri sendiri dan keluarga yang selalu mendukung langkah saya. Dan tak lupa, tentang semangat dan pantang menyerah.

Setelah ini Half Marathon lagi atau Marathon?

Enggak dulu. Saya masih belum sanggup meninggalkan anak – anak dalam waktu lama untuk latihan. Nanti saja kalau mereka sudah lulus SD, mungkin akan memikirkan. Setelah ini, ganti cabang olahraga jalan cepat saja :)))

Tapi, never say never kan ya. Siapa tau tahun depan ikutan HM lagi.

Sekian cerita kali ini. Terima kasih sudah membaca sampai akhir.

  • 25 Oktober 2025-