Akhir bulan November 2025, saya dan suami merayakan 12 tahun pertama kali berkenalan. Kenapa sampai dirayakan tanggal pertama kami berkenalan? Karena tanpa ada perkenalan, tak akan ada sebuah pernikahan. Simpel seperti itu. Jadi selain tanggal pernikahan, tanggal pertama perkenalan juga sangat berarti untuk kami. Tanggal perkenalan ini juga yang kami abadikan dalam sebuah jumlah mahar pernikahan. Jadi memang benar spesial untuk kami berdua dan selalu kami rayakan tiap tahunnya.
Tahun ini, kami memilih merayakan di sebuah restauran yang masuk dalam daftar Michelin dan letaknya ya di kampung tempat tinggal kami. Memang sudah lama restaurant ini ada, tempatnya pun hanya 5 menit jalan kaki dari rumah. Hanya baru kesampaian sekarang bisa ke sana. Tahun lalu, kami merayakan di restaurant Michelin Star di Rotterdam. Tahun – tahun sebelumnya pun kami rayakan di beberapa restaurant lainnya (kecuali sewaktu pandemi, kami merayakan di rumah saja).
Kami pesan tempat sejak bulan September. Lalu mulai menghubungi tetangga yang biasanya menjaga anak – anak jika kami pergi berkencan malam hari. Menjelaskan ke anak – anak kalau pada hari itu kami akan makan malam di luar hanya berdua saja. Karena sudah biasa, jadi mereka tidak ada komen apapun, hanya mengucapkan, “Veel plezier.” Satu masalah, anak bungsu tiba – tiba ingin ikut kami dan menangis waktu melihat kami akan berangkat. Saya tenangkan dia dulu, peluk cium, setelah dia tenang, kami ke luar.
Jadi sebelum keluar, kami sudah persiapkan mereka untuk tidur. Setelah waktunya menonton TV selesai, mereka bisa langsung ke kamar masing – masing. Kecuali anak bayi, masih dibantu ke tempat tidurnya.
Saya seperti biasa kalau berkencan, berdandan maksimal. Berpakaian sebagus mungkin. Supaya tetap ada kupu – kupu dalam perut. Suami pun begitu. Romantis itu kan diusahakan berdua semaksimal mungkin ya. Supaya selalu ada rona merah di pipi. Malam itu agak rintik. Jadi suami membawa payung cukup satu buat berdua. Kami berjalan bergandengan tangan di bawah satu payung, suasana kampung yang sunyi menambah suasana hangat diantara kami berdua. Obrolan mendalam selama kami berjalan ke restaurant.
Sesampainya di Restaurant, wah interior bagian dalamnya cantik sekali. Elegan, simple, dan hangat. Kami telat 15 menit dari waktu yang kami pesan. Sudah banyak tamu lainnya di sana. Kami langsung dipersilahkan ke tempat duduk yang disiapkan.
Pertama ditanya tentang minuman, lalu satu persatu makanan mulai disajikan. Ada 10 menu yang dikeluarkan secara bertahap, sesuai dengan menu yang tertulis di kartu yang diberikan ke masing – masing tamu saat makanan penutup mulai dihidangkan. Chef sekaligus pemilik restaurant ini, turun ikut serta menyajikan beberapa makanan dan mengajak ngobrol para tamu. Dia ini pemenang enterprenur award di kabupaten kami tinggal. Dan yang mengejutkan, dia ternyata tinggalnya tidak jauh dari rumah kami. Ternyata orang lokal kampung sini juga.
Semua makanan yang dihidangkan, saya foto. Mayoritas makanan laut, rasa yang dominan asin umami. Ada satu menu seingat saya, umaminya sangat machtig, jadi lumayan meninggalkan rasa yang tidak nyaman. Tapi suami saya, doyan aja. Ya dia memang semua makanan dilabeli enak dan enak sekali :))))
Secara keseluruhan, sangat enak makanan di restaurant ini. Ada harga, ada rasa. Cuma saya yang terbiasa tidur jam 9 malam, begitu jam 11 masih di restoran, rasanya harus berperang dengan rasa kantuk. Sangat mengantuk. Saya sampai skip satu menu karena sudah tidak sanggup lagi melek dan perut sudah sangat penuh. Kenyang sekali. Yang saya skip menu berbagai macam keju. Suami saya tentu doyan sekali, lha wong camilan kesukaan dia. Kelihatannya secimit secimit ya hidangan Michelin Star ini, tapi percayalah, kalau sampai 10 sampai 14 menu, niscaya perut akan penuh kenyang.
Selama makan, saya dan suami ngobrol banyak tentang kami, dari hati ke hati. Membahas segala hal dari masa yang sudah dilewati, mengenang masa dulu, bercanda, sampai ada adegan menangis juga. Tentu saja saya yang menangis :))) muka sangar tapi gampang menangis.
Foto di bawah ini muka sudah mengantuk tetap memaksa senyum. Ngantuk tapi bahagia karena makanan enak dan perut kenyang.
Kami pulang bukan hanya membawa perut yang kenyang dengan hidangan yang super lezat, pun hati yang berbunga karena bisa menikmati malam yang membahagiakan bisa pacaran kembali berdua sampai larut malam.
Semoga tahun depan Insya Allah merayakan di restaurant yang lainnya.
Banyak hal menyenangkan terjadi bulan November ini. Beberapa diantaranya sudah saya tuliskan dalam kompilasi cerita, bisa dibaca di sini. Ada beberapa lainnya yang belum saya tuliskan, nanti akan dibuatkan versi cerita kompilasi yang lainnya.
Sekarang, saya ingin bercerita tentang hobi olahraga yang baru, yaitu berjalan kaki cepat.
Terbiasa dengan olahraga lari, pindah haluan ke jalan kaki cepat pada awalnya sempat melukai ego saya. Merasa duh kok jalan satu jam cuma dapat paling jauh 5.5km. Biasanya kalau lari, satu jam bisa 7km. Tapi, lama – lama perasaan itu saya tepis. Saya kembali ke tujuan awal ingin mencoba hal yang baru dan belajar untuk menyenanginya. Alasan pindah haluan ke jalan kaki cepat dari lari adalah : Ingin mencoba hal yang baru, ingin mengurangi lari karena sedang program menurunkan berat badan, dan ingin memelankan ritme langkah supaya bisa menikmati apa yang saya lewati dengan sadar tanpa terburu.
Sebenarnya mulai coba – coba berjalan kaki cepat akhir tahun 2024 saat saya persiapan Half Marathon tahun 2025. Saya selang seling antara lari dan jalan kaki. Cuma waktu itu berasa ah jalan kaki kok berasa gak keren gini ya. Maklum, biasa jadi anak lari berasa songong gitu hahaha. Jadi jalan kaki cepat tidak terlalu diseriusi. Sesempatnya saja karena masih fokus dengan persiapan Half Marathon.
Lalu setelah pulang dari Liburan sebulan tanpa media sosial dan meneruskan rehat dari media sosial sampai sekarang, saya jadi punya banyak waktu, akhirnya saya manfaatkan untuk berjalan kaki cepat dan mulai mengurangi intensitas lari. Dari yang awalnya merasa jalan kaki cepat itu tidak keren, lama – lama jadi ketagihan dan merasa : wah olahraga ini ternyata aku banget *nelen ludah sendiri :)))
Saat berjalan kaki, meski cepat, saya masih bisa menikmati segala yang saya lewati. Bisa tetap memfoto dan merekam. Bisa mendengarkan dengan jelas suara apapun itu yang melintas. Memelankan langkah dibandingkan lari juga mengajari saya untuk sabar dan sadar. Sabar karena selama berjalan kaki saya bisa fokus ke diri sendiri, berbincang dari hati ke hati dengan otak, dan bisa meredam segala emosi yang ada. Berjalan kaki, membuat saya bisa berkoneksi dengan mental. Sebenarnya hal yang tersebutkan ini, juga saya dapatkan di lari. Hanya saat berjalan kaki cepat, rasanya lebih menghayati
Sama halnya dengan lari, saat berjalan kaki cepat, saya juga memasukkan hasil dari apple watch ke Strava. Lumayan jadi bisa tau sebulan berapa jauh (dalam km) saya bisa berjalan kaki cepat. Lumayan juga bisa dipamer di WhatsApp Story :))) Yang saya masukkan Strava adalah data khusus jalan kaki cepat karena hitungannya olahraga. Bukan total berjalan dalam satu hari. Kalau total dalam satu hari, saya melihat dari aplikasi Steps App.
Biasanya, saya mulai jalan kaki cepat pagi hari setelah mengantar anak – anak ke sekolah. Sesekali siang hari setelah anak – anak kembali ke sekolah dari makan siang di rumah. Untuk olahraga baik lari, jalan kaki cepat, angkat beban, dll saya lakukan saat perut dalam keadaan kosong. Entah rasanya lebih bersemangat olahraga saat perut masih belum terisi makanan apapun. Tenaga masih tinggi.
Karena akhir – akhir ini hujan, jadi pemandangan yang sering saya lihat selain langit yang gelap, yang lainnya adalah pelangi. Cantik sekali. Saya sampai berdecak kagum. Bahkan ada double pelangi. Kalau cuaca sedang cerah, bisa melihat semburat matahari yang muncul. Siang hari bisa melihat langit biru nan cantik meski suhu sudah 1 digit alias dingin sekali. Tapi saya tetap semangat meski dingin luar biasa. Asal tidak hujan, saya akan tetap berjalan kaki cepat di luar rumah.
Melihat data dari Apple Watch ini, lumayan ya ternyata jalan kaki cepat sejauh 5.3km selama 1 jam bisa membakar kalori sampa 220 Cal.
Kenapa sih kalau jalan kaki santai saja tidak usah cepat? Saya analisa sendiri, karena dasarnya saya terbiasa lari, jadi kalau jalan kakipun tanpa direncanakan, jadi cepat. Plus, saya membatasi jalan kaki cepat hanya maksimal 1 jam perhari. Tidak ada alasan khusus, supaya cepet selesai saja dan kembali ke rumah. Alasan lainnya adalah supaya terasa olahraganya. Selain jarak, saya pun mengamati detak jantung. Meski berjalan kaki, saya tetap ingin mendapatkan manfaatnya. Itulah kenapa, meski berjalan kaki, saya memilih dalam tempo yang cepat. Tidak ingin mencoba metode jalan kaki Jepang yang sedang ngetren sekarang? Sudah mencoba tapi saya lebih cocok jalan kaki dengan cara sendiri :))))
Sejak menekuni (Halah, baru juga 4 bulan haha) jalan kaki cepat, kualitas tidur malam hari saya jauh lebih baik. Benar – benar nyenyak sampai bangun pagi. Lumayan saya tidur bisa sampai 7 jam. Ditambah lagi karena saya sedang rehat dari medsos, jadi otak saya bisa relax dan hati tenang. Ini juga mempengaruhi kualitas tidur saya jadi makin lebih baik. Istirahat malam yang cukup dan berkualitas, sangat penting untuk banyak hal. Buat saya, baik untuk ketenangan dan kebahagiaan.
Beberapa bulan belakang, saya sudah berencana untuk ikut beberapa event jalan kaki. 2 kali rencana ikut eh gagal. Yang satu karena tiket sudah habis, sedangkan yang satu karena hujan deras. Sayang, padahal saya sudah bersemangat.
Kembali ke pembahasan Strava, di sana kan bisa ikutan Challenge. Lumayan buat seru2an dan sungguh bisa memotivasi. Biasanya saya ikutan challenge untuk lari, kali ini ikutan untuk jalan kaki. Saya mendaftar challenge untuk berjalan kaki 50km selama satu bulan di November 2025. Senang lho ikutan Challenge seperti ini. Seru rasanya. Jadi benar – benar memotivasi untuk menyelesaikan yang sudah dimulai.
Saya menutup bulan November dengan prestasi cemerlang. Bisa menuntaskan challenge bahkan lebih. Bulan November 2025, saya bisa berjalan kaki cepat total sejauh 52km. Wow bangga dengan prestasi ini. Bisa konsisten. Tepuk dada dan salami diri sendiri. Bangga bisa mengalahkan ego memelankan langkah dari berlari ke jalan kaki cepat.
Saya merasakan banyak sekali manfaat jalan kaki cepat. Selain kualitas tidur yang sangat baik, hal positif lainnya saya jadi bisa mengenali diri sendiri dengan cara banyak berdialog selama 1 jam berjalan kaki cepat. Hasilnya, saya jauh lebih tenang, lebih bisa menerima, menjauhkan otak dari terlalu mikir, dan tentu saja membuat badan jauh lebih sehat. Alhamdulillah kualitas hidup secara mental, jauh lebih baik.
Jadi sehat mental dan raga.
Tahun 2026, saya berencana akan lebih banyak mengikuti event jalan kaki yang ada di Belanda.
Saya tetap akan menekuni berjalan kaki cepat, memberikan waktu satu jam untuk diri sendiri. Bukan untuk sebuah perlombaan. Tapi untuk ketenangan hati dan pikiran. Berkoneksi dengan diri sendiri dan alam. Memelankan langkah untuk hadir secara nyata dan sadar.
Saya tutup November dengan Alhamdulillah. Mari sambut Desember dengan Bismillah. Tinggal satu bulan langkah kaki ditahun 2025.
Ketika saya dan adik-adik masih kecil, Bapak sudah mengajarkan sebuah konsep : Membeli hanya jika membutuhkan. Dimulai dari hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, semisal baju. Tidak disetiap hari raya kami mempunyai baju baru, tidak seperti anak-anak kecil tetangga yang selalu punya baju baru ketika lebaran tiba. Bapak dan Ibu tidak akan membelikan baju baru jika kami masih mempunyai pakaian yang layak digunakan dan masih dalam kondisi bagus. Jika memang kami sudah tidak membutuhkan lagi baju-baju tersebut dan ingin membeli baju yang baru, maka syaratnya baju yang lama dan masih dalam kondisi bagus serta layak tersebut harus diberikan kepada yang lebih membutuhkan, misalkan disumbangkan ke Panti Asuhan atau tetangga yang memang kurang mampu atau ke saudara.
Jadi intinya kalau mau membeli satu baju, satu baju dari lemari yang masih bagus harus dikeluarkan untuk disumbangkan atau diberikan. Kenapa harus baju yang masih bagus yang disumbangkan? Karena jangan sampai memberikan barang yang kita tidak suka dan dalam kondisi yang sudah tidak bagus lagi. Perlakukan orang akan menerima barang tersebut seperti kita yang menerima. Jika barangnya masih bagus dan sangat layak untuk dipakai dan digunakan, tentu saja lebih bermanfaat dan membuat orang yang menerima merasa berbahagia. Jika memang kondisinya sudah tidak bagus lebih baik dibuang.
Kebiasaan itu akhirnya terbawa sampai saya besar. Untuk segala barang, saya akan membeli kalau memang benar-benar membutuhkan, bukan hanya menginginkan saja. Saya ingat dulu ketika bekerja di Jakarta, HP yang saya miliki adalah nokia lama (lupa tipe berapa) sementara beberapa kolega di kantor selalu berganti tipe Hp dan memperolok HP saya yang hanya bisa sms dan telepon saja. Saya tidak gentar dengan olokan mereka dan tetap mempertahankan HP itu karena masih sesuai fungsiunya. Saya tidak akan membeli suatu barang hanya karena mengikuti tren saja. Sampai suatu hari, Hp tersebut benar-benar tidak bisa dipakai lagi, mungkin memang sudah saatnya mengganti setelah 6 tahun lamanya setia menemani. Setelahnya saya langsung membeli HP berbasis Android yang lumayan harganya karena sepesifikasi didalamnya memang sesuai kebutuhan.
Sampai sekarang saya tinggal hampir 11 tahun di Belanda dan punya anak tiga, hal tersebut tetap saya terapkan. Baju, ya itu – itu saja. Saya masih punya kaos yang usianya sudah lebih dari 20 tahun, masih muat di badan, saya pakai sehari – hari dan bahannya masih bagus. Jilbab pun sama. Kalau saya membeli 2 baju baru, berarti 2 baju lama harus dikeluarkan dari lemari. Baju anak – anakpun, jika ada teman yang melungsuri, dengan senang hati saya terima. Lumayan kan, budget membeli baju anak – anak di negara 4 musim yang cukup besar, bisa dialihkan ke hal – hal lainnya. Toh baju yang dilungsurkan pasti masih dalam kondisi bagus. Begitupun dengan baju anak – anak kami, jika memang sudah tidak bisa dipakai karena ukurannya terlalu kecil, saya akan pilah pilih dan berikan ke teman – teman yang mau menerima untuk anak mereka. Jika tidak ada yang mau dilungsuri, saya berikan ke Kringloopwinkel atau toko barang bekas di kampung sini. Yang sudah tidak layak, saya buang.
Saya sangat rajin beberes isi rumah. Ini saya rasa turunan dari Bapak. Dari sejak saya ngekos umur 15 tahun, kalau sedang pulang ke rumah, tugas saya mendadak jadi petugas kebersihan. Segala yang sekiranya memenuhi rumah dan tidak bisa dipakai lagi, saya buang. Ibu saya yang suka sekali menumpuk barang, biasanya marah – marah kalau barang tumpukannya saya buang. Ya termasuk makanan yang suka disimpan sampai kadaluarsa.
Dulunya, suami saya pun tukang menumpuk barang. Tidak separah Ibu memang (nanti fenomena menumpuk barang akan saya buatkan tulisan terpisah, karena sayapun pernah ada dijaman sebagai penumpuk satu barang. Tapi langsung tersadar dan jadi berubah ke haluan awal). Sejak menikah dan kami mulai tinggal bersama, kebiasaan menumpuk barangnya jadi berkurang. Kemelekatan dia akan sebuah barang jadi pelan – pelan hilang. Dia melihat saya suka mensortir segala macam yang ada di rumah, melihat saya yang tidak suka membeli barang jika tidak perlu, dan gampang melenyapkan barang dari rumah jika memang sudah tidak digunakan lagi. Dia akhirnya ketularan rajin beberes, bersih – bersih dan sekarang jadi gampang sekali untuk mensortir barang – barang yang memang waktunya disingkirkan dari rumah.
Foto di bawah dari kiri ke kanan : Saya sedang beberes sebagian kecil buku – buku di ruang perpustakaan di rumah, suami setelah beberes mendapatkan banyak sekali barang yang memang sudah harus dibuang. Foto terakhir sebelah kanan, akan saya bawa saat mudik tahun lalu. Lumayan banyak baju suami yang masih bagus bisa saya berikan ke tetangga – tetangga di desa.
Saya sendiri, memang tidak terlalu punya rasa kemelakatan yang kuat akan sebuah barang. Memang ada barang – barang tertentu yang punya nilai sejarah, akan saya simpan. Tapi hanya satu dua saja. Misalkan sarung dari Bapak yang biasa dipakai ke Masjid, saya simpan sampai sekarang. Sebagai kenang – kenangan dan sarung itu yang Beliau gunakan ke Masjid saat sholat Maghrib lalu sekitar 2 jam setelahnya Bapak meninggal. Contoh lainnya : Suami pernah membeli satu set baju olahraga untuk bayi, jauh sebelum saya hamil. Kata dia, membeli itu karena iseng saja, lucu katanya. Lalu sekitar 2 atau 3 bulan setelahnya, saya hamil dan anak yang saya kandung, berjenis kelamin sama dengan baju yang suami beli tersebut.
Hanya barang yang mempunyai nilai sejarah yang tinggi, akan saya simpan. Selebihnya, kalau sudah tidak terpakai lagi, lama tidak digunakan, dan tidak memberikan manfaat lagi, saya singkirkan. Tidak perlu lagi disimpan selain karena tidak ada tempat, juga gunanya untuk apa disimpan kalau jumlahnya terlalu banyak.
Lepaskan saja. Less is more.
Memang saya gampang melepaskan. Bukan hanya tentang barang, ke banyak hal juga. Termasuk pikiran – pikiran yang dirasa memberatkan, ya sudah lepaskan saja. Otak kapasitasnya terbatas. Lebih baik memberikan kesempatan kepada hal – hal yang bermanfaat untuk dijalani saat ini. Melepaskan apa yang sudah terjadi dimasa lalu. Jangan sampai memberatkan langkah ke depan. Melepaskan pikiran khawatir tentang masa depan. Jalani dan nikmati yang ada sekarang, yang di depan mata, dan saat ini. Supaya hati dan pikiran tetap tenang. Yang nanti ya dipikir nanti. Yang sudah selesai, ya letakkan tidak perlu disimpan lagi. Lepaskan saja rasa cemas itu. Fokus pada hari ini.
Termasuk hubungan yang saya anggap sudah tidak ada manfaatnya lagi dan tidak memberikan keberkahan dimasa mendatang. Dari hubungan pertemanan sampai persaudaraan. Tentunya setelah melalui pertimbangan yang matang. Jika dirasa sangat tidak ada faedahnya, buat apa dipertahankan. Membuat sakit diri sendiri. Penghambat banyak rejeki yang akan datang. Melepaskan untuk mendapatkan ketenangan dan keberkahan, itu jauh lebih baik. Daripada tetap dipertahankan, rasa tidak nyamannya ditumpuk, dan pura – pura tidak ada masalah. Buat apa.
Hidup di dunia cuma sekali. Minimalkan untuk menimbun hal – hal yang beracun untuk diri sendiri. Manfaatkan tiap waktu dengan berkegiatan yang menyamankan hati bersama mereka yang memberikan ketenangan hati dan keberkahan. Yang sama – sama bisa mendatangkan kebahagiaan hidup. Yang dicari dalam hidup kan ketenangan dan kebahagiaan. Kalau sudah tidak lagi bermanfaat, buat apa tetap dipertahankan.
Lepaskan saja. Hempaskan saja.
Pada sebuah masa, sesuatu memang perlu untuk dilepaskan jika memang sudah tidak dibutuhkan dan tidak bisa memberikan manfaat. Ditumpuk bisa menimbulkan racun yang menganggu kesehatan jiwa dan raga.
Hidup berdampingan dengan hal – hal yang memberikan ketenangan dan kebahagiaan.
Melepaskan semua hal yang tidak dibutuhkan dan tidak lagi punya nilai guna..
Vandaag is Sinterklaas. Tijd om kadootje te openen. ’s Avonds gaan we samen kijken wie kado’s van Sinterklaas krijgt (Pakjesavond).
“O, kom er eens kijken
wat ik in mijn schoentje vind
Alles gekregen van die beste Sint”
Zijn jullie al klaar voor Sinterklaasavond?
Kado yang untuk malam ini (Pakjesavond : Sinterklaas bagi – bagi kado dimalam 5 Desember) tinggal segini. Kado – kado yang lain sudah dicicil ngasihnya hampir tiap hari sejak tanggal 16 November 2024 (ceritanya tanggal segini Sinterklaas datang ke Belanda dari Spanyol). Tidak selalu kado barang, kadang peppernotten, coklat, chips, atau makanan – makana lainnya. Kado dari tetangga sebelah rumah yang selalu satu tas penuh, kami berikan minggu lalu.
Sebelum tidur, anak – anak menaruh sepatu di depan pintu, di dalamnya dikasih wortel beserta gambar – gambar mereka, tulisan — tulisan. Apapun itu. Paginya, mereka mengecek apa ada sesuatu sesuai gantinya. Kadang ada, artinya sinterklaas mampir. Kalau tidak ada, ya artinya sinterklaas lagi ke rumah lainnya. Tidak selalu harus ada. Biar belajar berbagi dengan anak – anak lainnya dan belajar menerima bahwa tidak semua keinginan harus terwujud.
Kami masih menikmati masa mereka percaya dengan Sinterklaas. Biarkan mereka menikmati masa kecilnya. Nanti akan ada saatnya mereka sudah tidak mau merayakan ini lagi.
Seperti biasa, seperti tahun – tahun sebelumnya (sejak anak pertama lahir) sponsor penyumbang kado – kado dalam bentuk mainan, makanan, adalah dari Oma, kami sebagai orangtua, tetangga londo yang selalu ngasih kado banyak tiap tahunnya, dan teman – teman saya yang kirim lewat pos.
Wij wensen alle families een fijne Pakjesavond!
Morgen gaat Sinterklaas terug naar Spanje toe.
– Pakjesavond, 2024 –
———-
MENEMUKAN TULISAN INI DI DRAFT. SEJAK TAHUN LALU SELESAI DITULIS TAPI BELUM DIUNGGAH. JADI SAYA UNGGAH SEKARANG SEBELUM PAKJESAVOND TAHUN 2025 DATANG.
Awal pindah ke Belanda tahun 2015, seingat saya dunia vlog di YouTube belum semarak sekarang. Terutama yang membahas kehidupan sehari – hari diaspora Indonesia di manapun berada. Saya punya akun YouTube sejak masih di Jakarta. Jauh sebelum pindah ke Belanda. Akun tersebut, saya isi video – video random kompilasi saat sedang jalan – jalan, kulineran, bahkan nonton konser. Kualitas video ya tentu saja secanggih Sony Ericsson Xperia Arc S warna Fuschia pada jaman itu di dunia Android. Sekarang kalau dilihat lagi, buram dan agak ngeblur hahaha. Dari dulu memang saya suka sekali membuat dokumentasi dalam bentuk tulisan, foto, dan video. Karena itulah, setiap ganti Hp (yang dari awal punya sampai sekarang masih bisa dihitung jari), yang saya prioritaskan adalah kamera dan megapixelnya.
Setelah pindah ke Belanda, saya tetap mengunggah beberapa dokumentasi tentang acara – acara di Belanda yang saya datangi, menonton konser, bahkan saat suami bermain piano (tapi memvideokan dari belakang, jadi tampak punggung:))). Tentu saja, semua itu untuk dokumentasi sendiri alias tidak pernah saya promosikan. Dulu ya mana terpikir tentang jumlah pengikut. Membuat dokumentasi video ya karena senang saja. Bukan supaya ditonton orang banyak atau mendapatkan pengikut yang bombastis jumlahnya.
Begitupun akun twitter, sejak punya pertama kali punya berbelas tahun lalu, saya mengibaratkan twitter itu sebagai taman bermain. Tempat saya mencari hiburan. Tidak pernah terpikir sejak awal untuk mengumpulkan pengikut yang super banyak. Yang saya tulis di sana ya opini pribadi, cuitan random seperti terjebak macet di Jakarta, terjebak banjir, menang kuis Detik, sampai kehidupan di Belanda, resep masakan dan baking, hal – hal receh tidak penting, ataupun pengalaman pribadi lainnya. Sangat jarang saya menuliskan tentang keluarga. Ternyata di kemudian hari pengikut akun twitter saya makin bertambah banyak. Kata mereka, suka dengan hal – hal yang saya tuliskan, opini yang saya bagikan, maupun foto – foto yang saya unggah. Ada sih yang tidak suka juga, sampai setiap saat membuat cuitan nyinyiran tentang saya. Tapi saya anggap mereka debu debu yang ga ada manfaatnya saja alias ga penting. Mending tetap fokus menebarkan hal – hal baik lewat tulisan. Meski demikian, sampai sebelum rehat dari semua media sosial, tidak ada dalam otak saya terlintas untuk mencari popularitas. Kalau ada yang suka, ya Alhamdulillah. Artinya hobi saya menulis yang tersalurkan lewat media sosial, bisa membawa berkah. Membuat bahagia yang membaca.
Sampai beberapa kali saya mendapatkan tawaran dari beberapa merek terkenal di Indonesia maupun beberapa startup, untuk bekerjasama dengan mereka. Semuanya tidak saya terima. Setelah mempelajari, memang tidak sejalan saja dengan tujuan saya dalam bermedia sosial. Bukan menolak rejeki, tapi saya ingin berlaku jujur. Bukan hanya mengejar uang lalu mengorbankan integritas. Saya tidak ingin melakukan suatu hal jika memang tidak sesuai dengan hati nurani. Untuk rejeki, Insya Allah akan ada jalan lainnya yang lebih berkah dan memberikan manfaat.
Yang pasti, sejak punya pengikut banyak, saya jadi rajin mempromosikan dagangan para UMKM yang Amanah dan memang saya pernah coba sendiri rasanya atau saya kirim ke saudara dan teman di Indonesia dan meminta mereka untuk mereview. Jadi saya tau kualitas produk mereka. Tanpa mencoba sendiri, ya bagaimana saya bisa mempromosikan. Minimal, ada review dari teman – teman dan saudara dekat. Alhamdulillah, beberapa yang saya bantu promosi di akun twitter (atau di Instagram sebelum saya rehat) berterima kasih sekarang jadi banyak pembeli dan banyak yang membeli ulang. Bahkan yang di Indonesia, pesanan sampai ke Eropa, Australia, dll. Sedangkan mereka yang berjualan di Belanda juga kalau enak dan sesuai selera saya, pun saya promosikan. Kalau laris kan saya ikut senang.
Inilah yang saya maksud bahwa rejeki itu bukan hanya selalu tentang mendapatkan uang. Saya mempunyai rejeki mendapatkan banyak pengikut di media sosial, ya saya teruskan berbagi berkah dengan mempromosikan secara gratis usaha orang – orang yang amanah di media sosial. Punya pengikut banyak itu bukan tentang populer saja. Tidak semua orang punya tujuan untuk populer saat bermain media sosial. Ada yang memang ingin memanfaatkan untuk misi sosial.
Berbicara tentang kepopuleran, setelah kami mempunyai anak, beberapa saudara saya di Indonesia bilang kenapa saya tidak membuat vlog kehidupan sehari – hari selama di Belanda. Mereka bilang banyak orang Indonesia yang tinggal di luar negeri dan punya anak, membuat vlog keluarga yang memperlihatkan kehidupan sehari – hari dengan anak – anak dan pasangan. Kata mereka, “Biar terkenal Den seperti mereka,” Saya selalu tersenyum kalau ada saudara yang berkomentar seperti itu.
Pun ada beberapa orang di Belanda sini, memberikan masukan yang sama, “Buat vlog gitu lho Den, kan kamu suka bikin video. Kalian sekeluarga suka jalan – jalan, anak – anakmu cakep, kegiatanmu banyak, pasti nanti kamu jadi terkenal trus bisa menghasilkan uang” Lagi – lagi saya tersenyum.
Beberapa pengikut saya di twitter juga begitu. Menyarankan pada saya untuk membuat vlog tentang kegiatan masak dan baking, karena memang saya sering membagikan resep masakan dan baking di twitter (juga di Instagram).
Jaman sekarang, rasanya semua orang yang tinggal di Luar Negeri itu dituntut harus terkenal dan menghasilkan uang lewat vlog, lewat media sosial, ataupun lewat media lainnya. Rasanya kalau memilih jalan sunyi yang biasa – biasa saja akan ada saja komentar, “Sayang lho kamu kan sudah tinggal di Belanda, bikinlah vlog supaya terkenal dan setidaknya banyak orang tau tentang keluarga kalian” Saya sih tidak masalah ya diberikan komentar seperti itu. Tapi, sayapun bisa memilih jalan sendiri. Untuk tidak menjadi terkenal ataupun menjadikan media sosial sebagai jalan mendapatkan uang banyak. Setidaknya tidak, sampai saat ini.
Bahwa, saya dan keluarga tidak perlu terkenal dengan cara mengunggah kegiatan sehari – hari kami lewat vlog sehingga semua orang di dunia bisa melihat dan memberikan komentar. Kami sudah sangat bahagia dan tenang dengan tetap menjaga privasi. Tidak populer tidak masalah.
Bahwa, kami ingin kehidupan anak – anak kami tetaplah sebagai anak – anak saja yang jauh dari sorotan media sosial, selama mereka masih belum bisa berpendapat secara sadar dan belum bisa memberikan ijin apakah foto atau video mereka bisa diunggah di internet. Biarkan mereka tumbuh besar selayaknya anak – anak saja, gembira dan ceria di kehidupan nyata.
Bahwa, tidak semua orang yang tinggal di Luar Negeri dan punya media sosial itu tujuannya ingin terkenal. Tidak semuanya tentang popularitas. Ada yang senang dan nyaman menikmati serta menjalani kehidupan tanpa memikirkan popularitas, tanpa mencari validasi ataupun butuh puja puji. Hidup yang sunyi senyap pun sangat membahagiakan. Tenang jauh dari keriuhan dunia maya.
Bahwa, Saya senang dan bahagia memilih jalan sunyi seperti ini. Saya tetap setiap saat mendokumentasikan kehidupan sehari – hari lewat foto, video, maupun tulisan. Tapi saya pilah dan pilih mana yang memang bisa saya bagi, mana yang tetap saya simpan sendiri sebagai dokumentasi keluarga.
Bahwa, masa – masa untuk mencari validasi buat saya itu sudah lewat. Itu masa – masa di Indonesia (khususnya waktu di Jakarta). Di sini saya hanya ingin menikmati hidup yang pelan dan sadar. Menikmati setiap waktu dengan tenang. Hadir secara nyata dan penuh. Sudah bukan waktunya lagi buat saya mengejar pengakuan orang lain. Saya sudah merasa cukup dengan apa yang saya jalani setiap harinya. Rejeki tidak selalu harus berupa materi. Rejeki bisa saja dalam bentuk membantu orang lain yang membutuhkan dan menjadi jalan berkah.
Bahwa, memang benar saya terlalu mager untuk membuat vlog hahaha ini masalah utamanya. Kerja saya sehari – hari sudah tak terhingga sibuknya. Sudah banyak kan yang membuat vlog kegiatan sehari – hari kehidupan diaspora di banyak negara. Ya biar mereka saja. Saya salut dengan komitmennya. Apalagi yang punya anak banyak. Salut dengan tenaga dan pengorbanan waktunya. Pasti tidak mudah. Kalau saya, jujur tidak sanggup. Saya lebih memilih menulis yang panjang di blog.
Bahwa, menjadi diaspora yang biasa – biasa saja, bukanlah sebuah dosa. Tidak perlu semuanya harus dibagikan di depan kamera untuk diunggah dan ditonton khalayak ramai. Tidak semua diaspora harus sama jalan hidupnya. Tidak semua harus membuat vlog atau jadi konten kreator.
Bahwa, saya tetap akan menulis, menjadi blogger, dan melaksanakan kegiatan lainnya yang saya suka, tanpa perlu dibebani dengan tanggung jawab menyenangkan orang lain atau menjadi pribadi yang berbeda supaya nampak sempurna di mata orang lain.
Bahwa, tidak semua tentang uang dan popularitas.
Hidup saya saat ini sudah sangat cukup, membuat nyaman, tenang, dan bahagia.
Beberapa cerita yang terjadi tiga minggu kebelakang, yang sayang jika tidak didokumentasikan di blog ini. Lumayan panjang ya dengan foto – foto yang banyak juga tentunya. Siapkan camilan sambil membaca :)))
SINTERKLAAS
Sepertinya baru beberapa waktu lalu Sinterklaas mampir ke Belanda, lho kok sekarang datang lagi. Artinya waktu benar – benar cepat berputar. Tanggal 15 November 2025, ceritanya Sinterklaas datang ke Belanda dari Spanyol mampir Texel, sebuah pulau di Belanda. Penyambutan kedatangan Sinterklaas dinamakan Sinterklaas Intocht. Tanggalnya berbeda – beda tiap wilayah, tapi dimulainya biasanya sabtu minggu kedua bulan November. Ada yang hari minggunya, bahkan ada yang minggu depannya.
Acara kedatangan Sinterklaas ke Belanda, yang paling ditunggu seluruh anak di Belanda, termasuk anak – anak kami. Mereka masih bersemangat menaruh sepatu di depan pintu, yang dalamnya dikasih gambar mereka dan daftar kado yang diminta dari Sinterklaas. Karena anak bungsu belum bisa nulis dan gambar, sepatunya dikasih wortel. Dia sih seru aja ikutan 2 kakaknya heboh nyiapin ini itu.
Malamnya, kami ambil isi dalam sepatu diganti coklat. Besok paginya, mereka terkejut dan senang karena tadi malam Sinterklaas sudah datang ke rumah dan mengambil daftar mereka lalu diganti dengan coklat.
Lalu kami mulailah melihat daftar kado apa saja yang diminta dan memilah mana yang memang bisa kami berikan sesuai umurnya. Nanti kami berikan saat Pakjesavond tanggal 5 Desember. Ini ceritanya malam Sinterklaas bagi – bagi kado ke tiap rumah. Pura – puranya kami taruh kado dalam tas yang besar depan pintu. Nanti ada yang gedor pintu dan mereka yang buka. Trus pas dibuka tidak ada orang depan pintu. Artinya Sinterklaas sudah pergi. Ya mereka masih percaya ini. Tahun depan sepertinya anak mbarep sudah mulai tidak percaya lagi. Selama mereka masih percaya, kami nikmati saja masa – masa ini.
Keesokan harinya, di kampung kami ada Sinterklaas Intocht. Wah ini seru sih, saya juga senang. Seperti pawai dengan musik sepanjang jalan lalu ada podium juga. Seluruh kampung ikut bergembira ria. Dari anak – anak sampai orangtua. Gerimis tidak menghentikan keseruannya. Lalu acara ini ditutup dengan foto bersama Sinterklaas. Anak – anak kami juga ikutan antri foto. Mereka antusias sekali.
Sampai tahun depan lagi Sinterklaas Intocht. Sekarang waktunya membelikan beberapa kado untuk Pakjesavond.
Foto yang paling bawah, gambar anak tengah. Saya suka sekali kalau dia sudah mulai menggambar. Hasilnya bagus dan detail.
HALLOWEEN
Baru tahun ini, di kampung sini ada perayaan Halloween. Tahun – tahun sebelumnya tidak ada. Jadi di pusat pertokoan, mengadakan perayaan Halloween. Jauh hari saya sudah antusias menyiapkan kostum untuk anak – anak bahkan membeli wadah khusus untuk menaruh permen. Kok ndilalahnya, di dalam 2 wadah ini, berisi permen lollipop yang banyak sekali. Jadi saya sekalian bisa bagi ke anak – anak yang lain juga.
Acara ini dimulai jam 3 sore, pas banget anak – anak sudah pulang sekolah. Target sasarannya memang anak – anak kan, jadi yang datang ya penuh dengan mereka sekampung kicik ini. Seru sekali. Banyak karakter – karakter yang menakutkan bahkan ada paradenya, ada booth foto gratisan, dan melukis wajah juga gratisan. Tentu saja kami manfaatkan gratisan ini semaksimal mungkin hahaha. Ingat ini Belanda, apa – apa mahal.
Anak – anak kami memang kalau di rumah tidak pernah makan permen karena kami tidak pernah sediakan. Jadi ini kesempatan mereka untuk mendapatkan permen sebanyak – banyaknya. Mereka bergerilya dari satu toko ke toko yang lain untuk mendapatkan permen. Lumayan banyak toko yang memberikan. Bahkan ada satu toko sayur, memberikan manisan mangga haha. Setelah acara selesai jam 6 malam, kami kembali ke rumah dan anak – anak mulai menghitung berapa permen yang mereka dapatkan. Wah lumayan banyak. Akhirnya kami dan anak – anak membuat kesepakatan, mereka boleh makan satu permen per hari kalau hari sekolah. Sedangkan kalau akhir pekan, boleh makan 2 permen per hari. Saya menyuruh untuk taruh di kamar masing – masing. Sekaligus mengetes kejujuran, apakah patuh pada perjanjian atau diam – diam mengambil. Ternyata mereka patuh pada perjanjian. Salut!
Mereka sudah tidak sabar acara Halloween lagi tahun depan. Tidak sabar berburu permen lagi.
NASI KUNING ULANG TAHUN
Sudah lama saya tidak membuat nasi kuning lengkap. BIasanya kalau ada perayaan ulang tahun atau acara khusus di rumah, saya selalu membuat tumpengan nasi kuning. Sewaktu ulang tahun pernikahan kami yang ke 11, pulang liburan musim panas pun saya malas membuat. Jadi karena ada salah satu yang di rumah sedang berulang tahun, saya jadi semangat membuat nasi kuning meski tidak dibentuk tumpeng. Wah nasi kuning saya kali ini pulen, wangi, dan enak sekali. Saya makan sambil terharu. Tanpa perlu metode aron kukus dan tidak dicampur beras ketan. Bermodalkan rice cooker saja. Memang faktor rice cookernya yang bagus sih *sombong dikit tapi memang rice cooker ini bikin nasi jadi enak.
Nasi kuning yang saya buat, lauknya : Sate ayam bumbu kacang, mie goreng, perkedel, sambel goreng kentang pete, orek tempe, sambe ijo bawang, urap sayur, dan telor dadar. Beberapa lauknya saya masak hari sebelumnya. Jadi waktu hari H ulang tahun, saya tinggal menggoreng perkedel, rebus sayuran, goreng telur, dan memanggang sate. Oh iya, masak nasi juga. Anak – anak dan suami suka semua, sembari makan mereka memuji berulang. Saya tentu saja semakin terharu karena disanjung.
Saya juga membuat Tiramisu dengan bentuk seperti taart. Yang berulang tahun memang mintanya dibuatkan Tiramisu. Kalau Tiramisu gampang dan sat set membuatnya. Dan seperti biasa, serumah doyan dan langsung ludes.
Malamnya kami ke sebuah restoran pancake dekat rumah. Inipun permintaan yang berulangtahun. Anak – anak dan suami pesen pancake yang manis. Saya pesan pancake dengan topping asin. Ini jatuhnya seperti Omelette. Rasanya enak dan cocok dengan lidah saya. Cuma karena porsinya besar sekali, saya hanya sanggup menghabiskan setengahnya,lebihannya saya minta dibungkus untuk dibawa pulang. Keesokan harinya, saya sampai butuh 2 waktu makan untuk menghabiskan karena tidak sanggup kalau sekaligus. Sampai heran kok orang – orang Belanda nih bisa habis sekali makan ya. Memang beda penampungan dalam perut haha.
Setiap ada yang berulang tahun atau hari – hari khusus, saya selalu usahakan untuk bersedekah di Indonesia dengan memesan nasi kotak ke Mbak Tami (foto ke 4) dan dibagikan saat hari jumat. Ya, Jumat berkah. Jadi perayaan yang kami lakukan di Belanda, semoga bisa menjadikan berkah buat banyak orang juga.
LIBURAN SEKOLAH
Liburan sekolah musim gugur, di sekolah anak – anak sepanjang 10 hari. Kami tidak ada rencana liburan ke luar Belanda, jadi kami manfaatkan ke museum Corpus dan ke Lego World yang ada di Utrecht.
Untuk Lego World, kami sudah pernah datang tahun lalu. Acara lego ini, selalu ada saat libur musim gugur di Belanda. Tahun ini datang lagi ya karena anak – anak suka sekali dengan Lego. Tahun ini layout nya beda dan ada banyak bagian yang dikurangi dibandingkan tahun lalu. Kami sampai ke tempat acara jam 10 pagi, selesai jam 5 sore. Wah anak – anak senang sekali di sini. Mungkin tahun depan kami akan ke sini lagi jika tidak ada rencana berlibur ke luar Belanda.
Selain ke Lego World, yang sangat menyenangkan kami lakukan saat liburan lalu adalah ke Corpus Museum yang ada di Leiden. Wah ini museum yang seru sekali karena belajar anatomi tubuh manusia dengan langsung masuk ke dalam replika tubuh itu sendiri. Setiap bagian akan diterangkan beserta fungsinya. Bukan hanya penjelasan dari suara yang ada di earphone, juga atraktif kita sebagai pengunjung bisa merasakan aroma, detak jantung, dari video 3D melihat sperma yang meluncur ke sel telur saat dibuahi, sampai ke fungsi otak. Bagus sekali. Anak – anak suka, saya gembira sekali karena saya memang suka tentang biologi. Setelah dari bagian tubuhnya, pas turun, setiap lantainya ada ruang atraktif juga. Permainan dan keterangan yang lengkap ditulis besar di tembok tentang fungsi – fungsi yang berkaitan dengan tubuh manusia. Asli keluar dari museum ini dengan perasaan yang senang dan penuh karena mendapatkan banyak sekali ilmu.
Yang di Belanda dan belum pernah ke Corpus Museum, silahkan datang ke sini bersama anak – anak atau sendiri juga ok. Saya sarankan untuk tidak membawa anak kurang dari umur 2 tahun karena pas di dalam tubuh replika, itu gelap dan kalau ada lampunya agak tidak kondusif untuk anak kecil. Pun di dalam tidak boleh membawa Stroller.
SAMBEL TERASI STRAWBERRY, TUMIS DAUN BEET, DAN BAKING
Sudah beberapa bulan ini saya rajin meminum jus beet yang dicampur dengan batang seledri yang besar, jahe, lemon, dan mentimun. Segar sekali rasanya. Konon beet bagus untuk kulit. Satu waktu, saya membeli beet yang daun dan batangnya masih dalam keadaan bagus. Saya pernah membaca kalau daun dan batangnya enak kalau ditumis atau dibuat kuah dengan santan. Saya belum pernah makan daun dan batang beet.
Lalu saya osenglah. Ternyata enak sekali. Tidak ada rasa yang spesial dan khas, tapi daun dan batangnya krenyes – krenyes (karena saya menumis tidak lama). Wah jadi bisa memanfaatkan seluruh bagian beet, tidak terbuang percuma. Setelahnya, saya sudah beberapa kali menumis daun dan batang beet ini. Ketagihan ceritanya.
Nah, tentang sambal terasi strawberry ini pun karena iseng dan penasaran. Beberapa waktu lalu, sahabat saya memberikan infomasi kalau di Instagram sedang ngetren nyambel trasi menggunakan strawberry. Dia menyuruh saya untuk mencoba. Saat mendengarnya, wah saya tidak tertarik. Kok ya aneh – aneh saja.
Sampai suatu siang, saat saya menyambel trasi, ternyata tidak ada tomat merah di kulkas. Adanya tomat hijau di dalam freezer. Lalu saya melihat Strawberry. Mendadak jadi pengen mencoba membuktikan informasi dari sahabat saya kalau sambal ini enak. Saya ambil beberapa tomat hijau di freezer, siram dengan air mengalir supaya cepat lunak, lalu saya bejek di sambel trasi yang saya buat. Terakhir saya tambahkan Strawberry 4 buah sedang. Jadi ini sambel mentah ya. Setelah saya incipi, wah enak!! Ternyata tidak sehoror yang saya bayangkan. Rasanya manis dan aroma sambal jadi Strawberry. Unik dan enak. Silahkan dicoba siapa tau cocok :))))
Lalu baking, ya sebenarnya tidak ada hal baru. Saya masih suka berkreasi dengan roti Sourdough adonan manis. Kadang saya isi dengan isian asam, gurih, sampai campuran asam gurih :))) Seperti roti yang ada di foto bawah ini. Adonan rotinya saya pipihkan melebar lalu saya beri olesan pasta coklat dan pasta kacang. Ya semacam martabak coklat kacang ya hahaha. Anak – anak sih suka ya. Mereka lahap makannya.
PASAR RAYA INDONESIA
Akhir Oktober ada acara Pasar Raya Nusantara di tempat biasanya di Rijswijk. Awalnya saya tidak ada rencana akan datang karena ya palingan isinya begitu – begitu saja. Jadi saya tidak meniatkan datang. Tapi saya ceritakan acara ini ke suami. Dia bilang ya datang saja mumpung masuknya gratis. Lalu beberapa hari kemudian, suami bilang bisa mengantarkan saya setelah dari tempat Mama mertua. Wah saya senang donk diantar (padahal ya biasanya pergi sendiri naik tram dan bus) dia dan anak – anak jelas ikut. Anak – anak selalu senang kalau diajak ke acara Indonesia karena mereka bisa jajan banyak hahaha Ibunya suka kalap beli segala macam.
Kali ini saya salah, ternyata makanan yang dijual menarik dan beda dari tahun – tahun sebelumnya. Ada pendatang baru makanan dari Aceh, Toraja, Gorontalo, Maluku, Banyuwangi, masih banyak lainnya. Stannya juga kece, ada yang mirip warung dan ada bakso dijual di gerobak (ini penjualnya di Harleem, bukan yang di Haagse Markt, Den Haag).
Wah saya tentu saja kalap beli. Bungkus banyak bawa pulang. Memang kalau di acara seperti ini, saya hampir tidak pernah makan di tempat karena tidak suka dengan suasana yang ramai. Dan karena saya sedang diet salah satunya tidak makan snack kering bertepung, jadi kali ini saya tidak membeli sama sekali kerupuk dan keripik.
Saya kalap membeli makanan berat. Dari jajanan Gorontalo (mirip kue lumpur tapi kecil – kecil. Enak sekali rasanya, manisnya pas aroma pandannya dapat), Kapurung, kuah kuning papeda, Mie ACEH, Sambel tuna Aceh, Rujak Natsepa, dan Pantollo Pamarassan (ikan yang dimasak dengan kluwek dan jantung pisang. Makanan tradisional dari Toraja). Ini pertama kalinya saya makan Kapurung dan Papeda. Ternyata selembut itu ya Papeda. Dan benar – benar membuat tahan lama kenyang. Enak!
Bersyukur tinggal di kampung dekat Den Haag, jadi kalau ada acara Indonesia seperti ini, gampang datangnya. Tapi lebih boros juga, karena kalap segala macam dibeli. Tidak apalah, setahun sekali *pembelaan :)))
BUKU DAN BELAJAR ILMU BARU
Saya membeli 2 buku baru yang berkaitan dengan psikologi khususnya memahami kerja otak dan perasaan. Saya memang sedang tertarik tentang ilmu otak, Neuroscience, dan Psikologi. Saat ini, saya sedang mengambil kursus tentang Neuroscience dan Neuromarketing.
Selain itu, saya sudah niatkan akan mempelajari lebih dalam tentang Supply Chain Management, salah satu bidang ilmu yang saya dapatkan waktu kuliah S2. Dulu dapatnya hanya sekadar lalu. Sekarang saya ingin serius lebih dalam belajar. Sebelum mengambil kelas sertifikasi, saya mau belajar dasar – dasarnya dulu lewat buku. Jadi saya pergi ke Perpustakaan pusat di Den Haag untuk meminjam beberapa buku. Tidak hanya 2 buku tentang Supply Chain yang saya pinjam, pun satu buku tentang psikologi. Wah bukunya bagus sekali, bahasanya mudah dipahami, dan penjelasannya tidak rumit.
Semoga tidak bosan ya membaca rangkuman kegiatan yang menurut saya menarik untuk didokumentasikan di blog ini. Cerita beberapa minggu yang dirapel.
Lebaran tahun 2025, sebulan sebelumnya saya mengumumkan ke beberapa teman kalau saya akan mengadakan semacam open house. Sama seperti tahun kemaren. Awalnya sudah tidak berminat rame – rame lebaran di rumah. Tapi setelah saya pikir lagi, takutnya malah nangis karena lebaran jadi sepi. Akhirnya mengundang beberapa orang teman ya yang itu itu saja :))) Yang bisa datang ya yang itu itu saja hahaha anggota tetap. Ya sama seperti lebaran tahun lalu.
Pagi hari saya tidak ikut sholat Ied di Masjid Al Hikmah di Den Haag karena ada bayi di rumah. Saya tidak tega meninggalkan anak ragil berlama – lama sholat di Masjid. Untuk dibawa serta, takutnya malah rewel dan jadi menganggu jamaah sholat yang lain. Ya sudah, saya putuskan untuk tinggal di rumah saja.
Lebaran tahun 2025, persis satu hari setelah saya berulangtahun, jadi saya niatkan masak banyak sekalian. Yang terhidang di meja, semua makanan kesukaan saya kecuali rendang. Meski saya bisa masak rendang dan beberapa kali mendapatkan pujian rendang buatan saya enak, terus terang saya tidak terlalu suka makan rendang. Bahkan beberapa kali saya juga jual rendang sampai lintas negara. Masaknya saja saya yang suka, untuk makan rendang, tidak terlalu doyan. Tidak terbiasa dari kecil. Saya baru makan rendang itu pas tinggal di Jakarta, sekitar umur 24 tahun an. Di Jawa Timur, waktu itu, rendang tidak terlalu populer.
Saya masak dengan metode mencicil di minggu yang sama. Jadi tidak ada yang saya masukkan freezer. Lebaran hari minggu, jadi saya mulai mencicil masak hari rabu. Lalu saya masukkan ke kulkas setelah selesai masak.
Menu yang ada di meja ini adalah :
Pecel Pitik. Ini masakan khas lebaran asal desa saya di Jember.
Bebek Madura bumbu ireng. Saya sempat berjualan bebek ini di Belanda, pun sampai kirim luar Belanda. Jadi best seller pada masanya. Sudah diakui banyak orang kata mereka enak.
Oseng Pepaya
Bakso pentol kasar lengkap dengan tetelan
Rendang
Sambel goreng hati ayam, pete, kentang
Mie goreng
Lontong
Tiga macam sambel : Sambel untuk bakso, sambel korek, dan sambel bawang
Telor petis madura. Ini juga khas Jember, paduan dengan pecel pitik
Kue lumpur
Tahu, tempe, dan ikan asin goreng
Bagaimana, lengkap bukan. Kerupuk yang membawa, Ajeng. Agnes membawa es campur. Ika membuat sosis solo dan martabak madura. Wah lebaran yang meriah sekali makanannya. Saya pun membuat kue kering 4 macam : Kue kacang, putri salju, Kaasstengels, kue coklat, kacang bawang, dan kue satu lagi lupa namanya (kue ini lagi ngetren di Indonesia saat menjelang Idul Fitri).
Inilah teman – teman peserta tetap yang rajin datang kalau saya ada acara di rumah. Ajeng, Ika, Agnes, Ratih, dan Yayang. Seraphine baru pertama kali ini ke rumah karena dia baru pindah lagi ke Belanda setelah sempat pulang ke Indonesia saat kuliah S2 selesai. Saya kenal Seraphine juga dari blog awalnya. Senang sekali mereka selalu datang, jadi lebaran saya tidak pernah sepi. Di tanah rantau, jika berlebaran sendirian rasanya ngelangut. Saat teman – teman bisa datang dan bersama menikmati hidangan yang saya sajikan dan mereka suka sampai nambah – nambah, rasanya riang gembira. Kami juga ngobrol panjang sampai tertawa terbahak. Obrolan yang menghangatkan hati dari sesama perantau di tanah nun jauh dari Indonesia.
Cuaca hari itu juga cerah ceria hangat matahari gonjreng keluar. Makin membuat suasana lebaran jadi menyenangkan.
Saya mendapatkan beberapa kado. Antara kado untuk ulang tahun, buah tangan lebaran, juga untuk pertama bertemu. Pun saya menerima banyak kartu lebaran dari teman – teman yang lain. Benar – benar lebaran yang penuh dengan perhatian. Ternyata, banyak yang menyayangi saya 🙂 Alhamdulillah.
Foto di bawah ini dari kiri ke kana adalah : Pecel pitik dengan sambel goreng kentang ati dan pete, bebek madura bumbu ireng, dan oseng pepaya.
Memang tulisan kali ini lebih banyak fotonya dibanding kata – kata, karena semua cerita sudah terwakili dari foto – foto yang saya sertakan di sini hahaha alias ceritanya ya tentang makanan. Seperti biasa, acara makan – makan orang Indonesia tidaklah lengkap kalau tidak bungkus bawa pulang setelah acara selesai. Bukan hanya makanan saja, tapi juga kue kering. Saya malah senang lho kalau banyak yang bungkus makanan. Artinya saya tidak perlu menyimpan banyak makanan dan semoga yang dibawa pulang jadi berkah untuk semua.
Lebaran memang sudah lama berlalu, saya baru sempat menuliskan ceritanya di sini. Maaf lahir batin untuk semua pembaca blog Denald. Terima kasih selalu membaca tulisan saya. Semoga lebaran tahun depan saya bisa merayakan di Indonesia, sama seperti lebaran tahun 2022 saat pertama kali mudik setelah 7 tahun tinggal di Indonesia.
Tahun 2025 ini, dalam perjalanan hidup saya, banyak berhadapan dengan angka kembar. Ulang tahun perkawinan kami tahun ini, menginjak sebelas tahun. Ulang tahun Mama mertua, angkanya kembar. Sayapun, akhir maret 2025, berulang tahun dengan angka kembar. Itulah kenapa, tahun 2025 buat saya sangat spesial, sehingga saya rayakan dengan Half Marathon yang pertama, yang bulannya bertepatan dengan saya berulang tahun.
Tahun lalu, suami memberikan kejutan pada saat saya berulang tahun dengan berlibur ke Paris, sekeluarga. Ini kali kedua saya ke Paris. Pertama kali ke sana, 7 tahun lalu. Ceritanya saya tuliskan di sini. Tahun lalu, kami sekeluarga juga ke Disneyland.
Tahun ini, saya ditanya ingin merayakan ulang tahun ke mana atau yang bagaimana. Ulang tahun sekarang, bertepatan dengan hari terakhir puasa Ramadan dan besoknya Idul Fitri. Jadi, saya memutuskan untuk dirayakan di Belanda saja. Saya pun mengundang beberapa teman ke rumah, yang bisa datang, untuk makan bersama saat lebaran. Sekali rengkuh, 2 tujuan tercapai. Merayakan ulang tahun dan berlebaran. Hanya saja, saya tidak menginformasikan ke mereka kalau sehari sebelumnya saya berulang tahun. Jadi ya mereka taunya, makan rame – rame untuk lebaran. Hanya 1 orang saja yang tau karena memang tiap tahunnya selalu memberikan kado.
Selain merayakan di rumah bersama teman – teman, saya juga merayakan ulang tahun angka kembar ini dengan jalan – jalan satu hari ke wilayah Belanda utara. Tepatnya ke kota Water in Broekland dan Monnickendam. Saya memilih dua kota ini karena saya paling suka dengan suasana laut. Melihat kapal sandar dan menikmati aroma laut, selalu membuat hati saya gembira. Berlama – lama memnadang air, membuat hati saya tenang.
Pagi hari sebelum kami sekeluarga berangkat, saya mendapatkan hadiah bunga dan jam tangan dari suami dan anak – anak, serta ucapan yang hangat dari mereka. Ciuman bertubi dan pelukan penuh kasih sayang dari mereka, membuat saya tidak membutuhkan hadiah apapun. Cukup kehadiran mereka secara lengkap, sehat, dan kami berkumpul bersama dihari spesial saya. Tapi kalau diberi hadiah ya tidak menolak *lah. Jam tangannya terpakai sampai sekarang, meski hanya saat olahraga saja. Bukan hanya saat lari, juga semua olahraga yang saya lakukan. Saya tidak terlalu suka memakai smartwatch diluar jadwal olahraga. Merasa dimata-matai :))) Lebih nyaman memakai jam tangan biasa saja.
Beberapa teman, sahabat, keluarga di Belanda dan Indonesia pun mengucapkan lewat whatsapp. Menambah kebahagiaan saya tentunya. Saya pasang di sini foto dari beberapa ucapan tersebut. Saya tidak mengumumkan di media sosial kalau sedang berulang tahun. Memang selama ini seperti itu. Cukup orang – orang terdekat saja yang memang selama ini tau dan tak pernah absen mengucapkan. Itu lebih terasa intimnya. Lebih bermakna dihati. Makin tua, ulang tahun ingin yang sederhana tapi bermakna.
Karena kami perginya sekitar jam 10 pagi, saya masih ada waktu membuat kuah bakso untuk lebaran esok harinya. Curi – curi waktu ceritanya haha. Lumayan kan, memanfaatkan waktu seefisien mungkin.
Setelahnya, kami pergi. Tujuan pertama ke Water in Broekland. Kami sekeluarga baru pertama kali datang ke kedua kota ini. Kotanya saling berdekatan dan tidak jauh dari Amsterdam. Jadi jika ada yang sedang liburan ke Amsterdam dan ingin melipir sejenak dari hiruk pikuk kota besar, bisa datang ke kota – kota yang areanya dikelilingi air dan minim turis seperti Marken, Water in Broekland, Monnickendam, Purmerend. Volendam juga termasuk, hanya saja turis di Volendam sudah melimpah ruah.
Saat di Water in Broekland, kami datang ke gereja setempat untuk melihat dalamnya seperti apa. Tidak disangka, ada acara pasar loak di sana. Wah saya kalap melihat segala pecah belah. Sampai pada pojokan gereja, saya melihat satu set peralatan makan. Lho, kok ternyata murah. Akhirnya saya beli semua. Satu set banyak ini, harganya hanya 10 euro. Masih bagus semua kondisinya. Saya seperti mendapatkan rejeki nomplok. Pas sekali, bisa dijadikan wadah hidangan lebaran keesokan hari. Bagaimana, cantik kan. Untuk cerita lebaran tahun ini, akan saya tuliskan terpisah.
Siangnya, kami makan di restoran lokal di Broek in Waterland. Yang sedang buka saat itu, Pannekoekenhuis atau arti harfiahnya rumah pancake. Jadi menunya segala pancake dengan topping macam – macam. Dari manis sampai asin. Anak – anak tentu senang sekali. Setelah melihat menunya, kami cocok, dan makan di sini. Saya lupa nama menu yang saya pesan, yang pasti rasanya enak.
Malamnya, kami makan di restaurant dekat rumah, tinggal jalan kaki saja. Rangkaian acara ulangtahun saya untuk hari ini, selesai sampai di sini. Keesokan hari, saya merayakan dengan teman – teman yang datang ke rumah karena akan berlebaran bersama. Sementara itu, sampai sekarang yang saya undang hanya satu orang yang tau kalau waktu itu saya sedang berulangtahun.
Ulang tahun angka kembar ini sangat bermakna untuk saya. Bukan hanya angkanya saja yang cantik, pun saya merasa cukup dan bertumbuh sebagai seorang Deny. Cukup dengan apa yang Allah titipkan saat ini, bersyukur tanpa henti dengan segala barokahNya, dan tidak lagi mempunyai ambisi yang muluk – muluk. Alhamdulillah sehat dan bahagia bersama suami dan anak – anak. Mempunyai hubungan yang baik dengan teman – teman dan sahabat yang masih ada sampai saat ini, menjaga hubungan yang secukupnya saja dengan keluarga.
Cukup menjalani hari, berencana seperlunya, lalu selebihnya serahkan pada Allah.
Angka memang benar hanya sebuah angka, tapi buat saya ini adalah sebagai simbol bertumbuh. Banyak hal yang terjadi, mengajarkan saya untuk menjadi jiwa yang lebih baik dan sebisa mungkin bermanfaat bukan hanya buat diri sendiri, pun bagi yang membutuhkan. Meluruskan hati bahwa semua tindakan dan perbuatan sebagai media untuk ibadah. Mendengarkan hanya yang baik saja, segala omongan buruk saya anggap sebagai gangguan kehidupan. Semoga langkah kaki dan segala ucapan menjadikan ke arah kebaikan.
Semoga pertambahan angka umur ini menjadikan sebuah manfaat dan ladang kebajikan.
Akhir bulan Januari 2025, tepat 10 tahun saya tinggal di Belanda dan merasakan winter ke 11. Senang karena saya tinggal di sini bersama keluarga yang saya sayangi sepenuh hati : suami dan anak – anak. Keluarga suami juga baik dan perhatian. Mama mertua yang selalu memperlakukan saya dengan dengan penuh sayang. Punya beberapa teman Indonesia di Belanda yang baik sampai sekarang. Jumlah tidak banyak, tidak mengapa. Orang yang itu – itu saja yang penting saling mengisi dan memberikan kebaikan serta saling mengingatkan di depan jika salah satu dari kami sedang berada di luar jalur. Teman – teman yang membuat nyaman di hati. Pertemanan yang makin mengecil lingkarnya. Alhamdulillah. Tetangga sebelah rumah yang baiknya sudah rasa saudara. Lingkungan rumah yang menyenangkan, tinggal di desa yang juga sangat nyaman dan tenang. Punya rumah yang hangat Insya Allah dipenuhi dengan cinta dan kasih di dalamnya, sangat nyaman untuk kami berteduh dalam segala cuaca, dan tempat terbaik untuk tinggal.
Segalanya saya syukuri dengan peran yang pernah dan sedang saya jalani. Dari pernah bekerja, mempunyai usaha sendiri, sampai memutuskan menjadi Ibu Rumah Tangga yang penuh tinggal di rumah. Dari hanya berdua dengan suami, 5 kehamilan, dan 3 anak yang Alhamdulillah terlahir dan tumbuh sehat sampai sekarang. Banyak belajar hal baru dari menguatkan tekat belajar menyetir mobil sampai mendapatkan SIM, belajar baking di tempat yang professional, membuka usaha dan berdagang, mengambil banyak sertifikasi di luar bidang keilmuan, dan masih banyak lagi. Semuanya sangat bermanfaat untuk hidup saya di Belanda.
Menjalani tahun demi tahun dengan segala naik turunnya dengan ikhlas. Dijalani saja. Pahitnya tidak perlu diumbar terlalu detail di media sosial. Ditelan sendiri dan hanya suami yang tau semuanya. Kalaupun ingin bercerita, saya akan memilih mereka yang amanah. Berbagi di media sosial yang bikin bahagia saja. Tinggal di negara orang, berapapun lamanya, tentu saja rasanya tetap sebagai pendatang. Beda rasa, seperti tidak memiliki. Yang namanya negara, tidak ada yang sempurna. Sama dengan manusia.
Namun saya sudah merasa negara ini sebagai rumah. Tempat di mana saya bisa kembali pulang dan merasa nyaman, bahagia, dan tenang. Setiap langkah, saya jalani dengan perlahan. Hidup yang pelan. Tidak terburu waktu, tidak tergesa, dan tidak butuh membuktikan apapun. Saya bisa menjadi diri sendiri. Tidak harus memikirkan lagi dan terusik pendapat orang lain. Selama tidak merugikan siapapun, kepala saya tetap tegak melihat ke depan. Tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan apapun dan siapapun. Yang terutama tetap saya, suami, dan anak – anak. Itu saja sudah lebih dari cukup.
Selama tinggal di Belanda, saya selalu bermusuhan dengan musim dingin. Setiap musim dingin, saya selalu jatuh sakit. Tapi tahun ke 10 ini, ajaibnya, saya segar bugar. Sama sekali tidak sakit. Mungkin karena saya rutin lari karena persiapan Half Marathon di Den Haag. Atau mungkin juga mental saya pada akhirnya sudah menerima, ya mau bagaimana lagi. Musim dingin akan selalu datang tiap tahunnya. Tinggal dijalani saja, tidak perlu terlalu dipikirkan. Tinggal di Belanda juga mengajarkan saya untuk tidak terlalu overthinking. Dijalani saja. Toh tiap manusia ada saja cobaannya. Dan pasti banyak juga masa bahagianya. Semua tidak ada yang abadi. Tinggal dijalani, banyak berdoa, dan berserah. Yakin bahwa langkah kaki saya di sini pun semua atas ijin Allah. Dia yang akan memberikan perlindungan dan kekuatan.
IJIN TINGGAL DI BELANDA
Bulan November 2024, saya mendapatkan surat dari kantor imigrasi Belanda kalau ijin tinggal saya akan segera berakhir masa aktifnya. Saya diminta untuk memperpanjang sebelum tanggal yang sudah disebutkan. Kalau tidak salah ingat, ini sudah ketiga kali saya memperpanjang ijin tinggal. Saya sudah mendapatkan ijin tinggal permanen sejak tahun ke 4. Jadi proses memperpanjang ini tidak perlu memasukkan dokumen – dokumen apapun. Tinggal memberikan konfirmasi ke pihak imigrasi (lewat online) beberapa informasi terkait.
Tepat akhir bulan Januari 2025, saya datang ke kantor imigrasi di Belanda untuk mengambil kartu ijin tinggal saya yang permanen yang sudah diperpanjang. Persis 10 tahun lalu, ditanggal yang sama, saya juga datang ke kantor imigrasi Belanda untuk mengambil kartu ijin tinggal sementara. Pas tanggal kedatangan saya di Belanda. Bedanya, sekarang kantor imigrasinya sudah pindah. Rok yang saya pakai 10 tahun lalu, saya pakai juga ke kantor imigrasi tahun ini. Roknya sih masih muat ya, badan saya saja yang melebar :))). Tulisan saya 10 tahun lalu, bisa dibaca di sini. Jadi bisa melihat muka saya 10 tahun lalu dibandingkan dengan foto di bawah ini.
MERAYAKAN 10 TAHUN DI BELANDA
Pagi itu langitnya cantik sekali. Saya menerima bunga dari suami dan sebuah hadiah. Dia bilang, untuk merayakan sepuluh tahun di Belanda. Malamnya kami makan bersama di sebuah restoran. Makan segala macam ada. Kami memang keluarga yang merayakan apapun. Bahkan tiap tahun pertambahan saya tinggal di sini, selalu dirayakan. Apalagi tahun istimewa ini, satu dekade. Saya sendiri tidak memasak, hanya membuat kue lumpur kentang karena tiba – tiba ingin makan.
Sepuluh tahun di Belanda, saya tidak punya ambisi apapun lagi. Tinggal menjalani hidup, menikmati tiap harinya dengan pelan dan sadar, sehat jasmani rohani, selalu bersyukur, berusaha menjadi orang yang bermanfaat dan memberikan banyak berkah, bisa menyeimbangkan peran antara diri sendiri, Ibu, dan seorang istri.
Itu saja, tidak ada yang hal yang muluk.
Yang penting hati tenang, nyaman, dan bahagia pun mengikuti.
Dunia blog saat ini, tidak seramai 11 tahun lalu saat saya mulai menulis di WordPress. Sebelum aktif di sini, saya juga rajin menulis di Blogspot, Multiply, Tumblr. Friendster termasuk tidak ya, karena dulu juga rajin curhat di sana. Ya tulisan saya di blog memang tidak jauh dari curhat, cuma tampilannya saja yang berbeda. Kalau di Blogspot, curhat dalam bentuk puisi. Di Multiply sering menuliskan kegundahan dalam bentuk tulisan pendek.
Di WordPress, saya mulai belajar menulis panjang tentang dokumentasi kehidupan sehari – hari, peristiwa terkini yang terjadi, cerita jalan – jalan, sampai cerita keluarga. Menulis di sini, dari saya dan suami belum menikah, sampai sekarang kami sudah punya anak tiga. Hanya saja, untuk cerita tentang anak – anak, memang saya batasi tidak saya buka semua di sini. Cerita tentang suami juga, tidak terlalu banyak. Saya membatasi menuliskan tentang keluarga, berkaitan dengan privasi. Sebagian besar yang saya tuliskan di sini ya tentang kegiatan saya, kegelisahan, maupun uneg – uneg di kepala yang perlu dikeluarkan.
Blog ini awalnya dibuat karena komitmen kami berdua untuk menulis, pun karena suami suka menulis. Itu kenapa nama blognya Deny dan Ewald. Walaupun Denald sendiri bukan singkatan nama kami berdua (meskipun kalau cocoklogi sebenarnya bisa ya hahaha). Awal – awal memang masih dijalur yang benar, suami masih menulis di sini. Lama – lama dia mangkir dan menulis di blognya sendiri. Lah, bagaimana ini :))) Ya sudah, selanjutnya saya sendiri yang solo karir di sini.
Denald itu nama alias yang sudah saya gunakan sejak SMP. Denald kependekan dari Deny suka Donald hahaha iya, Donald Duck. Saya memang penggemar Donald.
Seingat saya, 2014 sampai sekitar sebelum pandemi, WordPress masih ramai. Masih banyak yang menulis lalu saling berbalas komentar. Dari cerita sehari – hari yang ringan sampai pembahasan berat seperti politik. Dari yang hanya kenal di dunia blog, sampai kopi darat dan berteman sampai sekarang. Saya masih berteman baik sampai saat ini dengan beberapa blogger yang kenal di WordPress kisaran tahun 2014 – 2017, sering jalan bareng, ngobrol nyambung, ketemuan kalau mudik, sampai nggosip di WhatsApp. Ada juga yang sudah tidak sejalan lagi. Namanya dinamika kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Tidak mengapa.
Semakin tahun, saya mulai merasa dunia blog semakin sepi, terutama di WordPress. Entah untuk media blog yang lain. Setidaknya beberapa blogger yang saya ikuti sudah jarang sekali menulis, bahkan memutuskan tidak menulis di blog lagi dan pindah ke media sosial. Misal lebih aktif menulis di twitter, Quora, Substack atau beralih jadi konten kreator di tiktok, Youtube, dan Instagram. Semakin maraknya media sosial, bisa dipahami kalau ngeblog itu jadi hal yang membutuhkan ekstra. Bukan hanya ekstra fokus, waktu, pun tenaga. Sementara menulis di media sosial, bisa dengan cerita singkat atau bahkan tanpa cerita hanya unggah foto atau video saja. Menulis panjang di blog lebih nyaman di depan laptop atau komputer, sedangkan di media sosial bisa dilakukan melalui telefon genggam. Belum lagi, ada yang sudah membayar biaya anggota per tahun di blog kemudian jarang menulis, berasa rugi uang. Sedangkan di media sosial, gratis.
Sayapun mengakui, sejak pandemi, menulis di WordPress frekuensinya jadi jarang. Apalagi sejak di twitter saya pelan – pelan mempunyai banyak pengikut, akhirnya lebih aktif di sana. Interaksinya pun menyenangkan. Instan dan menemukan komunitas baru. Bisa dijadikan tempat berjejaring. Menulis di blog jadi bolong – bolong. Ditambah aktifitas saya di dunia nyata yang memang lumayan menyita waktu. Mengurus 3 anak yang super aktif, ada bisnis yang dikerjakan, berjibaku dengan kegiatan sehari – hari, dan menyoba menyeimbangkan peran antara sebagai istri dan tidak melupakan diri sendiri.
Setahun belakang ini, saya pun menambah media sosial di Instagram dan Threads. Memang cari perkara baru nambah medsos ini. Dipikir kebanyakan waktu padahal sehari – hari bisa duduk cantik saja sudah Alhamdulillah :))) Makin jaranglah saya ngeblog. Terlena dengan “mainan” baru. Terlena dengan segala kenyamanan di sana. Meskipun pada akhirnya, saya putuskan untuk hiatus di semua platform media sosial yang saya punya sejak 6 bulan terakhir. Bosen juga ternyata dan saya ingin kembali fokus dengan dunia nyata. Fokus dengan diri sendiri.
Saya kembali lagi aktif ngeblog 3 bulan belakang ini. Sejak awal ngeblog dulu, memang tujuan saya untuk mendokumentasikan dan menumpahkan apa yang ada di kepala, secara runtun. Dari kecil saya memang suka menulis. Bahkan karena suka menulis, saya pernah ikut keroyokan menulis di beberapa buku. Ceritanya saya tuliskan di sini. Dulu senang sekali kalau setelah menulis lalu ada yang meninggalkan komentar. Saling berbalas jawaban. Sekarang menyadari WordPress mulai sepi, jadi saya sudah niatkan bahwa ada atau tidak ada yang komen, menulis tetap berjalan. Kalau ada yang baca Alhamdulillah, tidak ada yang baca ya tidak masalah. Ada yang meninggalkan komentar saya senang, kalau tidak ada yang komentar sama sekali, ya sama senangnya.
Kesenangan ngeblog sekarang buat saya mulai bergeser. Bukan lagi tentang interaksi antar blogger, tapi lebih ke berinteraksi dengan pikiran sendiri. Berkoneksi dengan diri sendiri. Dulu juga begitu, sekarang lebih intensif lagi. Perlahan mulai menata kembali fokus di otak yang sempat kocar kacir karena terlalu aktif di media sosial dengan kesenangan instan dan konten yang pendek – pendek. Sekarang lebih berteman dengan sunyi di blog. Saya menulis sekarang untuk meditasi dan ketenangan diri. Bukan lagi untuk mencari gegap gempita tenar ataupun pujian. Dan kesenangan ngeblog memang tidak tergantikan, buat saya.
Tentang semangat ngeblog, saya pernah menuliskan tema ini juga saat hari blogger Nasional tahun 2021. Silahkan baca di sini. Sama dengan yang saya tuliskan di sana, sampai kapanpun, saya akan tetap semangat ngeblog. Rasanya beda antara menulis di blog dan di media sosial. Di blog selain bisa menulis panjang, juga bisa melatih runtun dan fokus. Sedangkan di media sosial, memang lebih gampang dan ringkes, tapi rasanya berbeda. Kurang penuh, ada ruang kosong yang tidak bisa terisi oleh menu – menu canggih media yang lain.
Kalaupun saat saya menulis panjang di media sosial, misal Instagram, tetap saja tidak dibaca dengan tuntas oleh mereka yang melihat foto yang saya unggah. Tetap menanyakan apa yang sudah ditulis di sana. Ingin tepuk kepal, tapi ya sudah, mencoba memahami. Karakteristik pengguna Instagram memang suka yang singkat padat. Memang harusnya di Instagram itu tidak untuk menulis panjang tapi mengunggah foto dengan cerita yang ringkas. Saya yang biasa menulis di blog, lumayan kagok juga ketika saat itu mencoba aktif di sana. Bahkan mengunggah Insta Story saja, pasti ada cerita panjangnya hahaha. Susahlah saya beradaptasi. Walau ternyata ya banyak yang suka dengan unggahan story saya yang penuh cerita itu. Karena kalau membuat story, saya selalu persiapkan dengan matang. Tidak asal unggah. Pasti ada cerita yang dituliskan.
Buat saya, menulis di blog tetaplah yang terbaik. Meski ngeblog bukan tren lagi di masa kini, saya akan tetap setiap menulis di sini.
Terima kasih untuk kalian yang sudah mampir ke blog saya dan membaca segala tulisan dari semua suasana hati, opini, cerita perjalanan, ataupun cerita acak lainnya. Terima kasih untuk yang meninggalkan komentar. Terima kasih sudah menyediakan waktu untuk bertahan membaca sampai selesai.